BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sinusitis
dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia. Data dari
DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada
urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817
penderita rawat jalan di rumah sakit.
Kejadian
sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering
juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi
yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya.
Rinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang berat, sehingga
penting bagi dokter umum atau dokter spesialis lain untuk memiliki pengetahuan
yang baik mengenai definisi, gejala dan metode diagnosis dari penyakit
rinosinusitis ini.
Penyebab utamanya ialah infeksi virus yang kemudian
diikuti oleh infeksi bakteri. Secara epidemiologi yang paling sering terkena
adalah sinus etmoid dan maksila. Yang berbahaya dari sinusitis adalah
komplikasinya ke orbita dan intrakranial. Komplikasi ini terjadi akibat
tatalaksana yang inadekuat atau faktor predisposisi yang tak dapat dihindari.
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada
membran mukosa di hidung. Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering
dijumpai, menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika
Utara dan Eropa Barat.
Di tempat lain, alergi
hidung dan penyakit atopi lainnya kelihatannya lebih rendah, terutama pada
negara-negara yang kurang berkembang. Penderita Rhinitis alergika akan
mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang berlebihan atau rhinore,
dan bersin yang terjadi berulang cepat.
Keadaan ini sering
berhubungan dengan kelainan pernapasan lainnya, seperti asma. Rhinitis
memberikan pengaruh yang signifikan pada kualitas hidup. Pada beberapa kasus,
dapat menyebabkan kondisi lainnya seperti masalah pada sinus, masalah pada
telinga, gangguan tidur, dan gangguan untuk belajar. Pada pasien dengan asma,
rinitis yg tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi asmanya.
1.2
Rumusan
Masalah
Bagaimanakah
asuhan keperawatan pada pasien dengan sinusitis dan rhinitis ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Menjelaskan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Sinusitis dan Rhinitis.
1.3.2
Tujuan Khusus
a.
Menjelaskan definisi Sinisitis dan Rhinitis
b.
Menjelaskan epidemiologi Sinusitis dan
Rhinitis
c.
Menjelaskan etiologi Sinusitis dan Rhinitis
d.
Menjelaskan klasifikasi Sinusitis dan
Rhinitis
e.
Menjelaskan patofisiologi dari Sinusitis
dan Rhinitis
f.
Menjelaskan manifestasi klinis dari
Sinusitis dan Rhinitis
g.
Menjelaskan pemeriksaan diagnostik Sinusitis dan Rhinitis
h.
Menjelaskan penatalaksanaan Sinusitis
dan Rhinitis
i.
Menjelaskan komplikasi Sinusitis dan Rhinitis
j.
Menjelaskan asuhan keperawatan Sinusitis
dan Rhinitis
1.4
Manfaat
1.4.1 Manfaat
Teoritis
Menambah
pengetahuan tentang penatalaksanaan pada pasien dengan Sinusitis dan Rhinitis.
1.4.2 Manfaat
Praktis
a.
Tenaga Keperawatan
Agar dapat
memberikan penjelasan yang lebih luas tentang sinusitis dan rhinitis, serta
asuhan keperawatan penyakit tersebut.
b.
Mahasiswa Keperawatan
Agar
mampu memahami tentang kelainan-kelainan yang ada pada saluran pernapasan
(terutama pada hidung) dan dapat menerapkan bagaimana cara penanganan pasien
dengan sinusitis gan rhinitis serta dapat menambah referensi tentang penyakit
tersebut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SINUSITIS
2.1.1
Definisi
Sinusitis
adalah suatu peradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga
udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari
rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran
udara di daerah hidung.
Peradangan
mukosa sinus dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis
frontal, dan sinusitis sfenoid. Bila yang terkena lebih dari satu
sinus disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut
pansinusitis. (cpddokter.com-Continuing Profesional Development Dokter
Indonesia http://).
Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada
masing-masing sisi hidung yaitu:
a. Sinus Frontal, terletak di atas mata
dibagian tengah dari masing-masing alis.
b. Sinus Maxillary, terletak diantara
tulang pipi, tepat disamping hidung.
c. Sinus Ethmoid, terletak diantara
mata, tepat di belakang tulang hidung.
d. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang
sinus ethmoid dan dibelakang mata.
Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa
yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di
rongga hidung melalui ostium masing-masing.
Fungsi
sinus paranasal adalah :
· Membentuk
pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa
untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan
terdesak.
· Sebagai
pengatur udara (air conditioning).
· Peringan
cranium.
· Resonansi
suara.
· Membantu
produksi mukus.
2.1.2 Epidemiologi
Sinusitis merupakan penyakit yang
sering ditemukan dalam praktek sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu
gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia. Sinusitis menyerang 1 dari 7
orang dewasa di United States, dengan lebih dari 30 juta individu yang di
diagnosis tiap tahunnya. Individu dengan riwayat alergi atau asma berisiko
tinggi terjadinya rhinosinusitis. 1,2 revalensi sinusitis tertinggi pada usia
dewasa 18 – 75 tahun dan kemudian anak-anak berusia 15 tahun. Pada anak-anak
berusia 5 – 10 tahun, infeksi saluran pernafasan di hubungkan dengan sinusitis
akut. Sinusitis jarang pada anak-anak berusia kurang dari 1 tahun karena sinus
belum berkembang dengan baik.
Sinusitis maxilla paling sering
terjadi daripada sinusitis paranasal lainnya, karena:
1.
Ukuran sinus paranasal
yang terbesar
2.
Posisi ostium sinus
maxilla lebih tinggi daripada dasarnya sehingga aliran secret atau drainasenya
hanya tergantung dari gerakan silia.
3.
Letak ostium sinus
maxilla berada pada meatus nasi medius disekitar hiatus semilunaris yang sempit
sehingga mudah tersumbat.
4.
Letak dasar sinus
maxilla berbatasan langsung dengan dasar akar gigi (processus alveolaris)
sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinus maxilla.
2.1.3
Etiologi
Terjadinya
sinusitis dapat merupakan perluasan infeksi dari hidung (rinogen), gigi dan
gusi (dentogen), faring, tonsil serta penyebaran hematogen walaupun jarang.
Sinusitis juga dapat terjadi akibat trauma langsung, barotrauma, berenang atau
menyelam.
Sinusitis dapat disebabkan oleh:
1.
Bakteri: Streptococcus
pneumonia, Haemaphyllus influenza, Staphylocuccus aureus, Neisseria,
Klebsiella, Basil gram, Pseudomonas.
2.
Virus: Rhinovirus,
Influenza virus, Parainfluenza virus
3.
Bakteri anaerob: Fusobakteria
4.
jamur
2.1.4
Klasifikasi
Sinusitis
a. Secara
klinis, sinusitis dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Sinusitis
akut, yaitu suatu
proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3 minggu. Macam-macam
sinusitis akut adalah sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal akut, sinus
frontal akut, dan sinus sphenoid akut
2. Sinu
kronis, yaitu suatu
proses infeksi di dalam sinus yang berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat
juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
b. Sedangkan berdasarkan penyebabnya,
sinusitis dapat dibagi menjadi:
1.
Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung),
Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan
sinusitis.
2.
Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang
sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan
molar).
2.1.5
Patofisiologi
Kesehatan sinus
dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari
mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga
mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi
organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan
saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga
menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam
rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase
sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap
sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan.
Bila tidak
sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang paten untuk tumbuh dan multiplikasi
bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut
bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka
keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan
semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu
hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.
2.1.6
Manifestasi
Klinis
1.
Sinusitis maksila akut
Gejala : demam, pusing, ingus kental di
hidung, hidung tersumbat, nyeri pada pipi, ingus mengalir ke nasofaring, kental
kadang-kadang berbau dan bercampur darah.
2.
Sinusitis etmoid akut
Gejala : ingus kental di hidung dan
nasafaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.
3.
Sinusitis frontal akut
Gejala : demam, sakit kepala yang hebat pada
siang hari, tetapi berkurang setelah sore hari, ingus kental dan penciuman
berkurang.
4.
Sinusitis sphenoid akut
Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala,
ingus di nasofaring.
5.
Sinusitis Kronis
Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan
kadang-kadang berbau, selalu terdapat ingus di tenggorok,
terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis,
bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.
2.1.7
Pemeriksaan diagnostik
1. Rinoskopi
anterior :
·
Mukosa merah
·
Mukosa bengkak
·
Mukopus di meatus
medius
2. Rinoskopi
postorior
·
Mukopus nasofaring
3. Nyeri
tekan pipi yang sakit
4. Transiluminasi
: kesuraman pada ssisi yang sakit
5. X
Foto sinus paranasalis :
·
Kesuraman
·
Gambaran
“airfluidlevel”
·
Penebalan mukosa
2.1.8 Penatalaksanaan
1)
Penatalaksanaan Medis
a. Drainage
1.
Dengan pemberian obat, yaitu dekongestan local seperti efedrin 1%(dewasa) ½%(anak) dan dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60
mg.
2.
Surgikal dengan irigasi sinus maksilaris.
b.
Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut)
yaitu:
1.
Ampisilin 4 X 500 mg
2.
Amoksilin 3 x 500 mg
3.
Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
4.
Diksisiklin 100 mg/hari.
c.
Pemberian obat simtomatik. Contohnya parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.
d.
Untuk Sinusitis kronis, bisa dengan:
1.
Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
2.
Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
3.
Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel
(biopsi).
2)
Penatalaksanaan Pembedahan
a.
Radikal
1.
Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.
2.
Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.
3.
Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.
b. Non Radikal
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional
(BSEF). Prinsipnya dengan membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.
2.1.9
Komplikasi
Sinusitis dapat menyebabkan :
·
Kelainan orbita
·
Kelainan intrakranial
·
Kelainan paru-paru
·
Osteomielitis dan abses subperiosteal biasanya akibat sinusitis
frontal dan lebih banyak terjadi pada usia anak-anak. Osteomielitis akibat
sinusitis maksila dapat menyebabkan fistula oroantral.
2.1.10
Asuhan Keperawatan
1). Pengkajian
a.
Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama,
umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, dan penanggung biaya.
b.
Riwayat sakit dan kesehatan
1.
Keluhan utama: biasanya klien mengeluh nyeri kelapa sinus
dan tenggorokan.
2.
Riwayat penyakit saat ini: klien mengeluh hidung tersumbat,
pilek yang sering kambuh, demam, pusing, ingus kental di hidung, nyeri di
antara dua mata, penciuman berkurang.
3.
Riwayat penyakit dahulu:
· Klien pernah menderita penyakit akut
dan perdarahan hidung atau trauma.
· Klien pernah mempunyai riwayat penyakit
THT.
· Klien pernah menderita sakit gigi
geraham.
c.
Riwayat penyakit keluarga: adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
d.
Pengkajian psiko-sosio-spiritual:
·
Intrapersonal : Perasaan yang dirasakan klien (cemas atau
sedih).
·
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
e.
Pola fungsi kesehatan:
·
Pola persepsi dan tatalaksana hidup. Contohnya, untuk mengurangi flu biasanya klien
mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.
·
Pola nutrisi dan metabolisme. Biasanya nafsu makan klien berkurang
karena terjadi gangguan pada hidung.
·
Pola istirahat dan tidur. Adakah indikasi klien merasa tidak
dapat istirahat karena sering flu.
·
Pola persepsi dan konsep diri. Klien sering flu terus menerus dan
berbau yang menyebabakan konsep diri menurun.
·
Pola sensorik. Daya penciuman klien terganggu kaena
hidung buntu akibat flu terus menerus (baik purulen, serous maupun mukopurulen).
f.
Pemeriksaan fisik
·
Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal,
kesadaran.
·
Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada
sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).
g.
Data subyektif
1.
Observasi nares:
·
Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya.
·
Riwayat pembedahan hidung atau trauma.
·
Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah,
frekwensinyya , lamanya.
2.
Sekret hidung:
·
Warna, jumlah, konsistensi sekret.
·
Epistaksis.
·
Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.
3.
Riwayat sinusitis:
·
Nyeri kepala, lokasi dan beratnya.
·
Hubungan sinusitis dengan musim / cuaca.
4.
Gangguan umum lainnya: kelemahan.
5.
Data obyektif
a.
Demam
b.
Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada
hidung dan sinus yang mengalami radang.
c.
Kemerahan dan Odema membran mukosa
6.
Pemeriksaan penunjung :
·
Kultur organisme hidung dan tenggorokan.
·
Pemeriksaan rongent sinus.
2). Pohon Masalah
Masuk ke
saluran
Pernapasan
|
MK: Gangguan
Pemenuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh
|
Tekanan pada
sinus
Meningkat
|
MK: Gangguan istirahat tidur
|
MK: Ketidakefektifan Jalan Napas
|
3). Diagnosa keperawatan
1.
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan
obstruksi / adanya secret yang mengental.
2.
Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan
peradangan pada hidung.
3.
Hipertermi berhubungan dengan peradangan pada hidung.
4.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafus makan menurun sekunnder dari peradangan sinus.
5.
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat, nyeri sekunder peradangan hidung.
4). Intervensi
1. Ketidakefektifan jalan nafas
berhubungan dengan dengan obstruksi / adanya sekret yang mengental.
Tujuan: Jalan nafas efektif
setelah sekret dikeluarkan.
Kriteria Hasil:
ü Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
ü Respiratory Rate 16-20x/menit
ü Suara napas tambahan tidak ada.
ü Ronkhi (-).
ü Dapat melakukan batuk efektif.
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Kaji penumpukan sekret yang ada.
b.
Observasi tanda-tanda vital
c.
Ajarkan batuk efektif
d.
Kolaborasi pemberian nebulizing dengan tim medis untuk pembersihan secret
e.
Evaluasi suara napas, karakteristik sekret, kemampuan
batuk efektif.
|
a.
Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
b.
Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi.
c.
Mengeluarkan sekret di jalan napas
d.
Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah
e.
Ronkhi (-) mengindikasikan tidak ada cairan/sekret
pada paru, jumlah, konsistensi, warna sekret di kaji untuk tindakan
selanjutnya
|
2. Nyeri : kepala, tenggorokan, sinus berhubungan dengan
peradangan pada hidung.
Tujuan:
Nyeri klien berkurang atau hilang.
Kriteria
Hasil:
ü Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan
berkurang atau hilang.
ü Klien tidak menyeringai kesakitan
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Kaji tingkat nyeri klien
b.
Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
c.
Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
d.
Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
e.
Kolaborasi dngan tim medis :
1)
Terapi konservatif :
-
obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung
-
Drainase sinus
2)
Pembedahan :
-
Irigasi Antral :
Untuk
sinusitis maksilaris
-
Operasi Cadwell Luc.
|
a.
Mengetahui tingkat nyeri klien dalam
menentukan tindakan selanjutnya
b.
Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan
klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
c.
Klien mengetahui tehnik distraksi dn
relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
d.
Mengetahui keadaan umum dan perkembangan
kondisi klien.
e.
Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri
klien
|
3. Hipertermi
berhubungan dengan peradangan pada hidung.
Tujuan:
suhu tubuh
kembali dalam keadaan normal.
Kriteria hasil:
ü Suhu tubuh normal.
ü Kulit hangat dan lembab, membran
mukosa lembab
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Monitoring perubahan suhu tubuh.
b.
Mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan
pemasangan infuse.
c.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik guna
mengurangi proses peradangan (inflamasi).
d.
Anjurkan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang
optimal sehingga metabolisme dalam tubuh dapat berjalan lancar.
|
a.
Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui
perkembangan dan kemajuan dari pasien.
b.
Cairan dalam tubuh sangat penting guna menjaga homeostasis
(keseimbangan) tubuh. Apabila suhu tubuh meningkat maka tubuh akan kehilangan
cairan lebih banyak.
c.
Antibiotik berperan penting dalam mengatasi proses
peradangan (inflamasi).
d.
Jika metabolisme dalam tubuh berjalan sempurna maka tingkat
kekebalan/ sistem imun bisa melawan semua benda asing (antigen) yang masuk.
|
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafus makan menurun sekunnder dari peradangan sinus.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil:
ü Klien menghabiskan porsi makannya
ü Berat badan tetap (seperti sebelum sakit )
atau bertambah
Intervensi
|
Rasional
|
a.
kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
b.
Jelaskan pentingnya makanan bagi proses
penyembuhan
c.
Catat intake dan output makanan klien.
d.
Anjurkan makan sediki-sedikit tapi sering
e.
Sajikan makanan secara menarik
|
a.
Mengetahui kekurangan nutrisi klien
b.
Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi
akan memotivasi meningkatkan pemenuhan
nutrisi
c.
Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi
klien
d.
Dengan sedikit tapi sering mengurangi
penekanan yang berlebihan pada lambung
e.
Mengkatkan selera makan klien
|
5. Gangguan istirahat tidur berhubungan
dengan hidung tersumbat, nyeri
sekunder peradangan hidung.
Tujuan: klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria hasil:
ü Klien tidur 6-8 jam sehari
Intervensi
|
Rasional
|
a.
kaji kebutuhan tidur klien.
b.
Ciptakan suasana yang nyaman.
c.
Anjurkan klien bernafas lewat mulut
d.
Kolaborasi dengan tim medis pemberian
obat
|
a.
Mengetahui permasalahan klien dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
b.
Agar klien dapat tidur dengan tenang
c.
Pernafasan tidak terganggu.
d.
Pernafasan dapat efektif kembali lewat
hidung
|
2.2
RHINITIS
2.2.1
Definisi
Rhinitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada membran
mukosa di hidung. Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. Rhinitis di kenal dengan istilah
peradangan mukosa.
2.2.2
Etiologi
1)
Belum Jelas.
2)
Beberapa hal yang pada umumnya menjadi
penyebab rinitis antara lain :
·
Reaksi makanan
·
Emosional
·
Pekerjaan
·
Hormon
·
Kelainan anatomi
·
Penyakit
imunodefisiensi
·
Interaksi dengan hewan
·
Temperatur
2.2.3
Klasifikasi
1)
Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi :
a.
Rhinitis akut (coryza, commond cold)
merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang
disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir
setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan
insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
b.
Rhinitis kronis adalah suatu peradangan
kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena
alergi, atau karena rinitis vasomotor.
2)
Berdasarkan penyebabnya, dapat dibedakan
menjadi:
a.
Rhinitis alergi
Merupakan penyakit umum yang paling banyak di derita
oleh perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi
mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti:
debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara.
Macam-macam rhinitis alergi, yaitu:
1.
Rinitis alergi musiman (Hay Fever),
Biasanya
terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari
luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk
penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
2.
Rinitis alergi yang terjadi terus
menerus (perennial)
Disebabkan
bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan))
diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya
kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat
3)
Rhinitis Non Alergi
Rhinitis
non allergi disebabkan oleh infeksi saluran napas karena masuknya benda asing
kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik
dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif.
Macam-macam
rhinitis non alergi, yaitu:
a. Rhinitis
vasomotor
Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik
lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.
b. Rhinitis
medikamentosa
Rhinitis
medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal
vasomotor sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes hidung
atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan.
c. Rhinitis
atrofi
Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung
kronik dengan tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka.
2.2.4
Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen
hewan diendapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke
dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara
genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (IgE ). Pelepasan mediator sel
mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta
limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat
terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal,
dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan
hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan non spesifik suatu pengaruh
persiapan.
2.2.5
Manfestasi
Klinis
a. Bersin
berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin
lebih dari 6 kali).
b. Hidung tersumbat.
c. Hidung meler.
Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan
encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika
berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
d. Hidung
gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
e. Badan
menjadi lemah dan tak bersemangat
2.2.6
Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan
kadar IgE pada serum serta hitung jenis oesinofil pada spesimen sekret hidung.
2.
Pemeriksaan in vivo
Dilakukan
dengan uji kulit (skin test) yaitu, prick test maupun patch test.
2.2.7
Penatalaksanaan
Belum adanya yang baku. Penatalaksanaan ditunjukkan untuk
menghilangkan etiologi, selain gejalanya dapat dilakukan secara konservatif
atau operatif. Secara
konservatif dapat diberikan:
· Antibiotic presprektum luas atau
sesuai uji resistensi kuman sampai gejala hilang.
· Obat cuci hidung agar bersih dari
krusta dan bau busuk hilang dengan larutan betadine satu sendok makan dalam 100
cc air hangat.
· Preparat Fe
·
Pil
dan semprotan antihistamin
·
Leukotriene
antagonis
·
Semprotan
kortikosteroid
·
Pil
dan semprotan dekongestan
· Imunoterapi
alergen
· Pengobatan
sinusitis, bila terdapat sinusitis.
2.2.8
Komplikasi
·
Polip hidung
Rinitis alergi dapat
menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
·
Otitis media
Rinitis alergi dapat
menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada
pasien anak-anak.
·
Sinusitis kronik
Otitis media dan sinusitis
kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan
pada hidung sehingga menghambat drainase
2.2.9
Asuhan
Keperawatan
1) Pengkajian
·
Identitas klien
Nama, jenis
kelamin, umur, alamat, suku bangsa, penangggung biaya.
·
Keluhan utama
Bersin-bersin,
hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal.
·
Riwayat peyakit dahulu
Apakah pasien pernah menderita
penyakit THT sebelumnya?
·
Riwayat keluarga
Apakah keluarganya ada yang
menderita penyakit yang di alami pasien?
·
Pemeriksaan fisik :
- Inspeksi : permukaan hidung terdapat
sekret mukoid
- Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
·
Pemeriksaan penunjang :
Ø Pemeriksaan
nasoendoskopi
Ø Pemeriksaan
sitologi hidung
Ø Hitung
eosinofil pada darah tepi
Ø Uji kulit
alergen penyebab
2)
Pohon Masalah
Spora
jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung
|
Allergen
larut dalam air berdifusi ke epitel
|
Pelepasan
mediator sel mast
|
Penarikan
neutrofil, basofil, eusinofil, dan limfosit
|
MK: ketidak efektifan jalan nafas
|
3)
Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan
dengan obstruksi /adanya sekret yang mengental
2.
Gangguan pola istirahat berhubungan
dengan penyumbatan pada
hidung
3.
Gangguan konsep diri berhubungan
dengan rhinore.
4)
Intervensi
1. Ketidakefektifan
jalan nafas berhubungan dengan obstruksi/ adanya sekret yang
mengental.
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah sekret dikeluarkan
Kriteria Hasil :
a.
Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
b. Jalan nafas kembali normal terutama
hidung
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji penumpukan secret yang ada
2.
Observasi tanda-tanda vital
3.
Kolaborasi
dengan tim medis
|
1.
Mengetahui
tingkat keparahan dan tindakan
selanjutnya
2.
Mengetahui
perkembangan klien sebelum dilakukan operasi.
3.
Kerjasama
untuk menghilangkan obat yang dikonsumsi
|
2.
Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan
pada hidung
Tujuan : klien dapat istirahat dan
tidur dengan nyaman
Kriteria Hasil : Klien tidur 6-8 jam sehari
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji kebutuhan tidur klien.
2.
Ciptakan suasana yang nyaman
3.
Anjurkan klien bernafas lewat
mulut
4.
Kolaborasi
dengan tim medis pemberian obat
|
1.
Mengetahui
permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
2.
Agar klien
dapat tidur dengan tenang
3.
Pernafasan tidak terganggu
4.
Pernafasan
dapat efektif kembali lewat hidung
|
3.
Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
Tujuan: konsep diri baik setelah
intervensi
Kriteria Hasil:
a.
Pasien mengekspresikan kepercayaan diri dalam kemampuan.
b.
Mengekspresikan kepuasan dengan citra tubuh.
c.
Mengekspresikan kepuasan dengan rasa berharga.
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Dorong
individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan
prognosis kesehatan
b.
Ajarkan
individu menegenai sumber komunitas yang tersedia, jika dibutuhkan (misalnya
: pusat kesehatan mental)
c.
Dorong
individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya bagaimana individu
merasakan, memikirkan, atau memandang dirinya
|
a. Memberikan minat dan perhatian, memberikan
kesempatan untuk memperbaiaki kesalahan konsep.
b. Pendekatan secara komperhensif dapat
membantu memenuhi kebutuhan pasienuntuk memelihara tingkah laku koping.
c. Dapat membantu meningkatkan tingkat
kepercayaan diri, memperbaiki harga diri, mrnurunkan pikiran terus menerus
terhadap perubahan dan meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri
|
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sinusitis adalah suatu keradangan
yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara yang terdapat di
area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk
menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung.
Peradangan mukosa sinus dapat berupa
sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis
sfenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut
multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.
Rhinitis adalah
suatu inflamasi (peradangan) pada membran mukosa di hidung. Rhinitis adalah
peradangan selaput lendir hidung. Rhinitis di kenal dengan istilah peradangan mukosa.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi
Mahasiswa
Diharapkan
mampu memahami tentang kelainan-kelainan yang ada pada sistem pernapasan
(terutama hidung) dan dapat menerapkan bagaimana cara penanganan pasien dengan
sinusitis dan rhinitis.
3.2.2 Bagi
Institusi
Diharapkan dapat
memberikan penjelasan yang lebih luas tentang sinusitis dan rhinitis dan dapat
lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang penyakit-penyakit
serta asuhan keperawatan penyakit tersebut.
3.2.3 Bagi
Masyarakat
Diharapkan lebih
mengerti dan memahami tentang sinusitis dan rhinitis serta bagaimana penyebaran
dan penularan penyakit tersebut untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges
Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Herdman
T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta
: EGC
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi
III Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
<diakses dari internet> cpddokter.com-Continuing Profesional Development Dokter Indonesia http:// <tanggal 23 Oktober 2011>
artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, makasih banyak...
http://www.tokoobatku.com/obat-herbal-penyakit-sinusitis/