BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bernapas merupakan aktivitas yang
penting bagi manusia. Tubuh memerlukan suplai oksigen yang cukup untuk proses
metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran pernapasan misalnya saluran
pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran gas akan
terganggu. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu
mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan, salah satunya adalah dengan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada
trauma (luka tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak
mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Mekanisme
penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak yang hebat.
Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan
masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka
akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa
sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991).
Untuk itu dalam makalah ini kelompok
akan menjelaskan tentang asuhan keperawatan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) dan diharapkan bisa
membantu mahasiswa, tenaga kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami
tentang masalah WSD (Water Seal Drainage).
1.2
Rumusan
Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien
dengan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien
dengan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)
1.3.2
Tujuan Khusus
a.
Menjelaskan definisi WSD (Water
Seal Drainage)
b.
Menjelaskan tujuan pemasangan WSD (Water
Seal Drainage)
c.
Menjelaskan indikasi dari pemasangan WSD
(Water
Seal Drainage)
d.
Menjelaskan Kontraindikasi dari
pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
e.
Menjelaskan komplikasi dari pemasangan
WSD (Water
Seal Drainage)
f.
Menjelaskan macam-macam dari WSD (Water
Seal Drainage)
g.
Menjelaskan prosedur pemasangan WSD (Water
Seal Drainage)
h.
Menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
1.4
Manfaat
1.4.1
Manfaat Teoritis
Menambah
pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan pemasangan WSD
(Water
Seal Drainage).
1.4.2
Manfaat Praktis
a.
Tenaga Keperawatan
Agar dapat
memberikan penjelasan yang lebih luas tentang bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan dengan pemasangan WSD (Water
Seal Drainage).
b.
Mahasiswa
Agar
mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan pemasangan
WSD (Water
Seal Drainage) serta mampu mengimplementasikannya
dalam proses keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Water Seal Drainage (WSD)
adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water seal untuk mengalirkan
udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura)
WSD
merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga
tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya
terisi sedikit cairan pleura/lubrican.
2.2 Tujuan
a)
Mengeluarkan cairan atau darah, udara
dari rongga pleura dan rongga thorak
b)
Mengembalikan tekanan negative pada
rongga pleura
c)
Mengembangkan kembali paru yang kolaps
d)
Mencegah refluks drainage kembali ke
dalam rongga dada
e)
Mengalirkan / drainage udara atau cairan
dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
2.3 Indikasi
Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
2.3.1 Pneumothoraks
a)
Spontan > 20% oleh karena rupture
bleb
b)
Luka
tusuk tembus
c)
Klem
dada yang terlalu lama
d)
Kerusakan
selang dada pada sistem drainase
2.3.2
Hemothoraks
a)
Robekan
pleura
b)
Kelebihan antikoagulan
c)
Pasca bedah thoraks
d) Hemopneumothorak
2.3.3
Thorakotomy :
a)
Lobektomy
b)
Pneumoktomy
2.3.4
Efusi pleura : Post operasi jantung
2.3.5
Emfiema :
a)
Penyakit paru serius
b)
Kondisi indflamsi
2.3.6
Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
2.3.7
Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
2.4 Kontraindikasi
a. Infeksi
pada tempat pemasangan
b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol
2.5 Komplikasi
a) Komplikasi
primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
b) Komplikasi
sekunder : infeksi, emfiema
c) Komplikasi
lainnya : laserasi (yang mencederai organ: hepar, lien), perdarahan, empisema
subkutis, tube terlepas, tube tersumbat
2.6 Macam-macam WSD (Water Seal Drainage)
2.6.1 WSD dengan sistem satu botol
Sistem ini
terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua lobang,
satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke
dasar botol. Air steril
dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah
masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru.
Gambar 2.1. WSD dengan
sistem satu botol
Keuntungannya:
a) Penyusunannya sederhana
b) Mudah untuk pasien yang berjalan
Kerugiannya:
a) Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak
kekuatan yang diperlukan
b) Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus
lebih tinggi dari tekanan botol
c) Campuran darah dan drainase menimbulkan busa
dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainase
Hal yang harus diperhatikan:
a)
Apabila
< 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat
berbahaya karena menyebabkan paru kolaps.
b)
Apabila
> 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk
mengeluarkan cairan atau udara.
c)
Apabila
tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena adanya
kinking, clotting atau perubahan posisi chest tube.
d) Selang untuk ventilasi dalam botol
dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar
e)
Drainage
tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
f)
Undulasi
pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
·
Inspirasi
akan meningkat
·
Ekpirasi
menurun
2.6.2
WSD dengan
sistem dua botol
Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan
yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat
dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi
udara.
Gambar 2.2 WSD dengan sistem dua botol
Botol 1 dihubungkan dengan selang
drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1
dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat dihubungkan
dengan suction control. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan
udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2.
Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol
yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara
dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD. Biasanya digunakan untuk
mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural.
Keuntungannya:
a)
Mempertahankan
water seal pada tingkat konstan
b)
Memungkinkan
observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik
Kerugiannya:
a)
Menambah
areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke dalam area
pleura.
b)
Untuk
terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
c)
Mempunyai
batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.
2.6.3 WSD dengan sistem tiga botol
Sama
dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang
digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan. Paling aman
untuk mengatur jumlah hisapan. Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah
air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang
tertanam dalam air botol WSD.
Gambar 2.3
WSD dengan sistem tiga botol
Drainage
tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan. Botol ke-3 mempunyai
3 selang, yaitu:
1. Tube pendek diatas batas air
dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
2. Tube pendek lain dihubungkan dengan
suction
3. Tube di tengah yang panjang sampai
di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer
Keuntungannya:
·
Sistem paling aman untuk mengatur pengisapan.
Kerugiannya:
a)
Lebih
kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan
dan pemeliharaan.
b)
Sulit dan
kaku untuk bergerak / ambulansi
2.6.4 Unit drainage sekali pakai
1.
Pompa
penghisap Pleural Emerson
Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan
sebagai pengganti penghisap di dinding. Pompa Penghisap Emerson ini dapat
dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga botol.
Keuntungannya:
Keuntungannya:
· Plastik dan tidak mudah pecah
Kerugiannya:
·
Mahal
·
Kehilangan
water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit terbalik.
2.
Fluther valve
Keuntungannya:
·
Ideal untuk
transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik.
·
Kurang satu
ruang untuk mengisi
·
Tidak ada
masalah dengan penguapan air
·
Penurunan
kadar kebisingan
Kerugiannya:
·
Mahal
·
Katup
berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra pleural karena
tidak adanya fluktuasi air pada ruang water seal.
3.
Calibrated spring mechanism
Keuntungannya:
·
Mampu
mengatasi volume yang besar
Kerugiannya:
·
Mahal
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1
Tempat
Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
3.1.1
Bagian apeks paru (apikal)
Anterolateral
interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura.
3.1.2 Bagian
basal
Posterolateral
interkosta ke 8 – 9 untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura.
3.2
Cara
Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
3.2.1
Persiapan
1)
Pengkajian
a. Memeriksa kembali instruksi dokter
b. Mengecek inform consent
c. Mengkaji status pasien; TTV, status
pernafasan
2)
Persiapan pasien
a. Siapkan
pasien
b. Memberi
penjelasan kepada pasien mencakup:
- Tujuan
dan prosedur tindakan
- Posisi
tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD (Water Seal Drainage).
- Upaya-upaya
untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti napas dalam, distraksi.
- Latihan
rentang sendi (ROM) pada sendi bahu dan lengan.
3)
Persiapan alat
1.
Sistem drainase tertutup
2.
Motor suction
3.
Selang penghubung steril
4.
Cairan steril : NaCl, Aquades
5.
Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter
6.
Kassa steril
7. Pisau
jaringan
8. Trocart
9. Benang
catgut dan jarumnya
10. Sarung
tangan
11. Duk bolong
12. Spuit 10 cc
dan 50 cc
13. Obat anestesi
: lidocain, xylocain
14. Masker
3.2.2
Pelaksanaan
Prosedur
ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan
dengan baik, dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.
1.
Tentukan tempat pemasangan, biasanya
pada sela iga ke IV dan V, di linea aksilaris anterior dan media.
2.
Lakukan analgesia atau anestesia pada
tempat yang telah ditentukan.
3.
Buat insisi kulit dan sub kutis searah
dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus interkostalis
4.
Pada saat inspirasi:
· Tekanan
dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
· Paru-
paru mengembang
5.
Pada saat ekspirasi:
· Tekanan
dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
6.
Masukkan Kelly klem melalui pleura
parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut. untuk
memastikan sudah sampai rongga pleura atau menyentuh paru.
7.
Masukkan selang (chest tube) melalui
lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps.
8.
Chest tube yang telah terpasang,
difiksasi dengan jahitan di dinding dada.
9.
Chest tube disambung ke WSD yang telah
disiapkan.
10. Foto
X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan
3.2.3
Tindakan setelah prosedur
1)
Perhatikan undulasi pada selang WSD
Bila
undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain:
·
Motor suction tidak berjalan
·
Slang tersumbat dan terlipat
·
Paru-paru telah mengembang
Oleh
karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi system
drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
2)
Cek ruang control suction untuk
mengetahui jumlah cairan yang keluar.
3)
Cek batas cairan dari botol WSD,
pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta pastikan ujung pipa
berada 2cm di bawah air.
4)
Catat jumlah cairan yg keluar dari botol
WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar.
5)
Observasi tanda vital : pernafasan, nadi
setiap 15 menit pada 1 jam pertama.
6)
Perhatikan balutan pada insisi, apakah
ada perdarahan.
7)
Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman
dengan memperhatikan jangan sampai slang terlipat.
8)
Anjurkan pasien untuk memegang slang
apabila akan merubah posisi.
9)
Beri tanda pada batas cairan setiap
hari, catat tanggal dan waktu.
10) Ganti
botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang.
11) Lakukan
pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran.
12) Observasi
dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan.
13) Anjurkan
pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif.
14) Botol
WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.
15) Yakinkan
bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.
16) Latih
dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak
pada persendian bahu daerah pemasangan WSD.
3.3
Perawatan
WSD (Water Seal Drainage)
1.
Mencegah infeksi di bagian masuknya
slang.
Mendeteksi
di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu
diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak
boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
2.
Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya
slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
3.
Dalam perawatan yang harus diperhatikan
:
a) Penetapan
slang.
Slang
diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan
bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat
dikurangi.
b) Pergantian
posisi badan.
Usahakan
agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau
memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh
sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
c) Mendorong
berkembangnya paru-paru.
· Dengan
WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
· Latihan
napas dalam.
· Latihan
batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang
diklem.
· Kontrol
dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
· Perhatikan
keadaan dan banyaknya cairan suction.
4.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi
umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus
dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan
juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
Suction
harus berjalan efektif :
a) Perhatikan
setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam
selama 24 jam setelah operasi.
b) Perhatikan
banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan
pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
c) Perlu
sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang
baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2
duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal :
slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang
slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
d) Perawatan
“slang” dan botol WSD atau Bullow
drainage.
· Cairan
dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau
ada dicatat.
· Setiap
hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara
yang keluar dari bullow drainage.
· Penggantian
botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu meng”klem” slang pada
dua tempat dengan kocher.
· Setiap
penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus
tetap steril.
· Penggantian
harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung
tangan. \
5.
Cegah bahaya yang menggangu tekanan
negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena
kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)
Cara mengganti botol WSD (Water Seal Drainage)
1.
Siapkan set yang
baru. Botol yang berisi aguades ditambah desinfektan.
2.
Selang WSD
diklem dulu
3.
Ganti botol WSD
dan lepas kembali klem
4. Amati undulasi dalam selang WSD
3.4
Indikasi
Pelepasan WSD (Water Seal Drainage)
1)
Produksi cairan <50 cc/hari
2)
Bubling atau gelembung sudah tidak
ditemukan
3)
Pernafasan pasien normal
4)
1-3 hari post cardiac surgery
5)
2-6 hari post thoracic surgery
6)
Pada thorax foto menunjukkan
pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya cairan atau udara pada rongga
intra pleura
7)
Selang WSD tersumbat dan tidak dapat
diatasi dengan Spooling atau
pengurutan pada selang.
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1
Pengkajian
4.1.1
Anamnesa
1)
Identitas Pasien
Terdiri
dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
2)
Keluhan Utama
a. Keluhan
utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien
b. Biasanya
pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa
berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan
terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif,
sedangkan pada pneumothorak
3)
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat
yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien dibawa ke rumah
sakit.
4)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat
penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan penyakit yang
diderita pasien sekarang.
5)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat
penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir
sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca paru, TBC, dll.
6) Riwayat
Psikososial
Meliputi
perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan terhadap
dirinya.
4.1.2
Pemeriksaan Fisik
1)
Tanda-tanda vital meliputi: tekanan
darah, suhu, nadi, dan RR.
2)
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji,
apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma. Bagaimana penampilan
pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, bagaimana
mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
3)
ROS (Review of System)
a. B1
(Breath)
· Kaji
ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak
· Batuk
(produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
· Irama
nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea
· Adanya
peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal
· Fremitus
fokal
· Perkusi
dada : hipersonor
· Pada
inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
· Pada
kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
· Selain
itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi
paru.
b. B2
(Blood)
· Taki
kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
· Suara
jantung III, IV, galop atau gagal jantung sekunder
· Hipertensi
atau hipotensi
· CRT
(Caimeppilary Revill Time) untuk mengetahui tingkat perfusi
perifer, normalnya < 3 detik
· Akral
: hangat, panas, dingin, kering atau basah
c. B3
(Brain)
· Tentukan
adanya keluhan pusing
· Lamanya
istirahat atau tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar 6-7
jam.
· Ada
tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.
· Kaji
adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri dada
sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-tiba), nyeri
bertambah saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan perut dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien
d. B4
(Bladder)
· Kaji
beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan, meliputi:
· Keluhan
kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi, inkontinensia
· Produksi
urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah sekitar
500cc/hari dan berwarna kuning bening
· Keadaan
kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
· Intake
cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake cairan yang
normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
· Kaji
ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter
e. B5
(Bowel)
· Kaji
keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau
· Keadaan
mukosa: lembab, kering, stomatitis
· Tenggorokan
: adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan
· Keadaan
abdomen: tegang, kembung atau ascites
· Adanya
nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi
· Peristaltic
usus tiap menitnya
· Frekuensi
BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)
· Nafsu
makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari
f. B6
(Bone)
· Tentukan
pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)
· Kaji
adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur
· Keadaan
kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi
· Keadaan
turgor kulit
4.1.3
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan laboratorium
2.
Darah lengkap dan kimia darah
3.
Bakteriologis
4.
Analisis cairan pleura
5.
Pemeriksaan radiologis
6.
Biopsi
4.2
Diagnosa
Keperawatan
4.2.1
Ketidakefektifan pola pernapasan yang
berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri.
4.2.2
Injuri, potensial terjadi trauma atau
hipoksia berhubungan dengan pemasangan alat WSD, kurangnya pengetahuan tentang
WSD (prosedur dan perawatan).
4.2.3
Resiko infeksi berhubungan dengan
terpasangnya benda asing dalam tubuh.
4.2.4
Kurang pengetahuan mengenai kondisi,
aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
4.3
Intervensi
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Dx
: Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas,
tekanan dan nyeri.
Ditandai
dengan:
a.
Dispneu, Takipneu
b.
Perubahan kedalaman pernapasan
c.
Penggunaaan otot aksesori
d.
Gangguan pengembangan dada
e.
Sianosis, Artery
Blood Gas abnormal
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
a.
Menunjukkan
pola napas normal atau efektif
b.
Bebas
sianosis dan tanda gejala hipoksia
|
Independen
-
Pertahankan
posisi nyaman, biasanya peninggian kepala tempat tidur (head up)
-
Evaluasi fungsi respirasi, catat naik turunnya
atau pergerakan dada, dspnue, kaji kebutuhan O2, terjadinya
sianosis dan perubahan vital sign.
-
Catat pergerakan dada dan posisi trakea
-
Observasi
pola napas dan komplikasi
Bila selang dada dipasang
-
Periksa
pengontrol penghisap, batas cairan
-
Observasi
gelembung udara botol penampung
-
Klem
selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
-
Awasi
pasang surutnya air penampung dan water
seal
-
Catat
karakter/jumlah drainase selang dada.
Kolaborasi
-
Berikan
oksigen melalui kanul/masker, latih napas dalam dan batuk efektif
-
Periksa ulang analisa gas darah, tekanan O2,
dan volume tidal.
|
-
Meningkatkan
inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang
tak sakit.
-
Tanda-tanda kegagalan nafas dan perubahan vital
signs merupakan indikasi terjadinya syok karena hipoksia, stress dan nyeri
-
Pergerakan dada yang terjadi pada saat inspirasi
maupun ekspirasi tidak dan posisi trakea akan bergeser akibat adanya tekanan
pneumotoraks.
-
Agar
pasien tercukupi oksigennya dan pola napasnya efektif, serta untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang bias memperparah kondisi klien
-
Mempertahankan
tekanan negative intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi
paru optimum dan atau drainase cairan
-
Gelembung
udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari pneumothorak. Naik
turunnya gelembung udara menunjukkan ekspansi paru
-
Mengisolasi
lokasi kebocoran udara pusat system
-
Fluktuasi
(pasang surut) menunjukkan perbedaan tekanan inspirasi dan eksprirasi
-
Berguna
dalam menevaluasi perbaikan kondisi/terjadinya komplikasi atau perdarahan
yang memerlukan upaya intervensi
-
Alat
dalam menurunkan kerja napas; meningkatkan penghilangan distress respirasi
dan sianosis b.d hipoksemia
-
Mengetahui pertukaran gas dan ventilasi untuk
menentukan therapi selanjutnya
|
2.
|
Dx
: Injuri, potensial terjadi trauma atau hipoksia berhubungan dengan
pemasangan alat WSD, kurangnya pengetahuan tentang WSD (prosedur dan
perawatan)
Kriteria
Hasil:
a.
Mengenal tanda-tanda komplikasi
b.
Pencegahan lingkungan atau bahaya fisik lingkungan
|
-
Review dengan pasien akan tujuan /
fungsi drainege, catat/ perhatikan tujuan yang penting dalam penyelamatan
jiwa
-
Fiksasi kateter thoraks pada didnding
dada dan sisakan panjang kateter agar pasien dapat bergerak atau tidak
terganggu pergerakannya.
-
Usahakan WSD berfungsi dengan baik dan
aman dengan meletakkannya ebih rendah dari bed pasien di lantai atau troli.
-
Monitor insersi kateter pada dinding
dada, perhatikan keadaan kulit di sekitar kateter drainage. Ganti dressing
dengan kassa steril setiap kali diperlukan.
-
Anjurkan pasien untuk tidak menekan
atau membebaskan selang dari tekanan, misalnya tertindih tubuh.
-
Kaji perubahan yang terjadi, catat ;
beri tindakan perawatan jika :
-
Observasi adanya tanda-tanda respirasi
distress bila kateter thoraks tercabut.
|
- Informasi
tentang kerja WSD akan mengurangi kecemasan
- Mencegah
lepasnya kateter dan mengurangi nyeri akibat terpasangnya kateter dada
- Mempertahankan
posisi gaya gravitasi dan mengurangi resko kerusakan ataupun pecahnya unit
WSD
- Untuk
mengetahui keadaan kulit seperti infeksi, erosi jaringan sedini mungkin
-
Mengurangi resiko obstruksi drain atau lepasnya
sambungan selang
- Intervensi
yang tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi
- Pneumothoraks
dapat terjadi sehingga timbul gangguan fungsi pernafasan yang memerlukan
tindakan emergency
|
3.
|
Dx
: Resiko infeksi berhubungan dengan terpasangnya benda asing dalam tubuh
Ditandai
dengan:
a.
Adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD
b.
Suhu tubuh meningkat
c.
Nyeri pada daerah yang terpasang WSD
Tujuan
: tidak terjadi infeksi pada pasien.
Kriteria
Hasil:
a.
Tidak
terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD
b.
Tidak
timbul rasa nyeri
c.
Suhu
tubuh normal (36,5-37,5)
|
- Rawat daerah yang terpasang WSD
secara teratur
- Ajarkan kepada keluarga untuk
merawat daerah WSD dan instruksikan untuk merawatnya secara teratur
- Ajarkan pasien tehnik mencuci
tangan yang benar
- Ajarkan kepada pasien dan keluarga
tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkan ke pusat kesehatan
- Kolaborasikan untuk member
antibiotik jika diperlukan
- Batasi jumlah pengunjung jika
diperlukan
|
-
Untuk
menjaga kebersihan daerah yang terpasang WSD sehingga dapat meminimalisir
peluang terjadinya infeksi.
-
Untuk
melindungi tubuh dari resiko infeksi
- Mencegah kontaminasi lingkungan
terhadap pasien yang dapat memicu
terjadinya infeksi
- Mendeteksi adanya infeksi sedini
mungkin sehingga dapa segera dilakukan tindakan agar infeksi tidak semakin
parah
-
Mengendalikan
factor pemicu infeksi
-
Meminimalkan
pemicu infeksi
|
4.
|
Dx
: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajan informasi.
Ditandai
dengan:
a.
Pasien sering bertanya
b.
Ketidakakuratan mengikuti instruksi
c.
Pasien tampak gelisah
Tujuan:
pengetahuan pasien dapat terpenuhi
Kriteria
Hasil:
a.
Pasien
mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/ proses penyakit dan rencana
pengobatan
b.
Pasien dapat
mengidentifikasi tanda / gejala untuk perawatan / pengobatan lebih lanjut
c.
Mengikuti program therapi dan menunjukkan adanya
perubahan pola hidup untuk mencegah timbulnya / kambuhnya penyakit.
|
-
Berikan
peran aktif pasien/ orang terdekat dalam proses belajar, misalnya: diskusi,
partisipasi kelompok
-
Berikan
informasi tertulis dan verbal sesuai indikasi. Masukkan daftar artikel dan
buku yang berhubungan dengan kebutuhan pasien/ keluarga dan dorong membaca
dan memdiskusikan apa yang mereka pelajari
-
Informasikan
kepada pasien tentang efek-efek pemasangan WSD
-
Tinjau
ulang pengetahuan pasien akan penyakit dan proses pengobatannya
|
-
Belajar
ditingkatkan bila individu secara aktif berperan
-
Membantu
pasien dan orang terdekat membuat pilihan berdasarkan informasi tentang masa depan
-
Mengurangi
rasa cemas pasien akibat terpasangnya alat di tubuhnya
-
Mengetahui
keefektifan intervensi yang telah dilakukan
|
BAB 5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Capernito,
Linda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan, Edisi 10. Jakarta: EGC
Doenges Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Herdman T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson
M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC
Nuzulul. 2011. Asuhan Keperawatan (ASKEP) WSD (Water Seal Drainage) http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35532.html. (Di akses tanggal 13 Desember 2011, Jam 10.15)
0 komentar:
Posting Komentar