Rheumatoid Arthritis

Ini di comot dari tugas kelompok temanku,,
1.     Ari Indra P               (10620342)
2.      AyuPermatasari        (10620346)
3.      EgaPratama              (10620352)
4.      JanuarkoAgung        (10620361)
5.      NilwanArfiansyah    (10620366)
6.      Novan Suma P          (10620367)
7.      NurHanifah              (10620369)
8.      NurHidayah              (10620370)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik.
Salah satu golongan penyakit reumatik yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal adalah rheumatoid arthritis. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita rematik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu sindrom. Golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semua menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli dibidang rematologi,rematik dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan(rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi,kelemahan otot dan gangguan gerak. (sonarto,1982)
Dari berbagai masalah ksehatan itu ternyata gangguan muskuloskletal menempati urutan kedua 14,5 % setelah pnyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health,1996) dan berdasarkan WHO di jawa ditemukan bahwa rheumatoid arthritis menempati urutan pertama ( 49% ) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et.al, 1991).
1
Rheumatoid Arthritis merupaka kasus panjang yang sering diujikan,biasanya terdapat banyak tanda-tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden puncak dari rheumatoid arthritis terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki-laki. Terdapat familial ( HLADR-4 ditemukan pada 70% pasien ). Rheumatoid arthritis  diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat predisposisi terhadap penyakit. Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit rheumatoid arthritis dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.
1.2    Rumusan Masalah
1.2.1        Apakah definisi dari rheumatoid arthritis?
1.2.2        Apa saja klasifikasi dari reumatoid arthritis?
1.2.3        Apakah Etiologi dari rheumatoid arthritis?
1.2.4        Bagaimana patofisiologi hreumatoid arthritis?
1.2.5        Apa Manifestasi klinis rheumatoid arthritis?
1.2.6        Bagaimana penatalaksanaan rheumatoid arthritis?
1.2.7        Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien dengan rheumatoid arthritis?

1.3    Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan muskuloskeletal yaitu rheumatoid arthritis.
1.3.2        Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1.      Definisi penyakit Rheumatoid arthritis.
2.      Klasifikasi  penyakit Rheumatoid arthritis.
3.      Etiologi penyakit Rheumatoid arthritis.
4.      Patofisiologi penyakit Rheumatoid arthritis.
5.      Manifestasi klinis penyakit Rheumatoid arthritis.
6.      Penatalaksanaan penyakit Rheumatoid arthritis.
7.      Asuhan keperawatan pada pasien dengan rheumatoid arthritis.

1.4    Manfaat
1.4.1  Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami tentang rheumatoid arhtritis dan dapat menerapkan bagaimana cara penanganan pasien dengan rheumatoid arthritis.

1.4.2 Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang rheumatoid arthritis, serta dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang penyakit-penyakit serta asuhan keperawatan penyakit tersebut.

1.4.3  Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti dan memahami tentang rheumatoid arthtritis serta mengenali gejala klinis dari rheumatoid arthtritis.

















BAB 2
PEMBAHASAN

2.1         Definisi
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi auto imun sistemik, kronis dan eksaserbatif yang menyerang persendian dengan target jaringan sinovia
Rheumatoid arthritis merupakan suatu penyakit autoimun kronis dengan gejala nyeri, kekakuan, gangguan pergerakan, erosi sendi dan berbagai gejala inflamasi lainnya.
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.

2.2         Klasifikasi

 Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1)      Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2)      Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3)     
4
Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4)      Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

2.3         Etiologi
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi jelas ada interaksi factor genetik dengan faktor lingkungan.(Maini dan Feldmann,1998:Blab et al.,1999).

2.4         Patofisiologi
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
 Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).



2.5         Manifestasi
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari rheumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).

2.6         Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi adalah :
1.      Meringankan rasa nyeri dan peradangan.
2.      Memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3.      Mencegah atau memperbaiki deformitas.

Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1.      Istirahat
2.      Latihan fisik
3.      Panas
4.      PengobatanNutrisi
·         Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
·         Natrium kolin dan asetamenofen  meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat
·         Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari  mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
·         Garam emas
·         Kortikosteroid
·         Diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

2.7         Pathway Rematoid Atritis
Reaksi  Autoimun, Faktor Metabolik dan Infeksi Virus

Reaksi peradangan
Tanda-tanda radang
Senovial menebal
Pembentukan panus
Penghancuran tulang rawan

Odema
MK,Nyeri
Menghilangnya permukaan sendi
Gerak sendi terganggu
MK. Hambatan mobilitas fisik
Elastisitas otot dan kekakuan otot
MK. Resiko Cidera
Hilangnya Kekuatan Otot
 
























BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN REMATOID ATRITIS

3.1   PENGKAJIAN
1.      Anamnese
a.       Identitas
1.      Identitas pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Suku
Pendidikan
Tanggal MRS
Tanggal pengkajian
No.REG
dx.medis
2.      Identitas penanggung jawab
Nama
Umur
Alamat
Agama
Hubungan dengan pasien 
b.      Keluhan utama
c.      
8
Riwayat penyakit sekarang
d.      Riwayat penyakit dahulu
e.       Riwayat penyakit keluarga
f.       Riwayat psikososial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

2.      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran tubuh, cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan massa otot, serta toleransi aktivitas.
1.      Kesejajaran tubuh
Tujuan pemeriksaan kesejajaran tubuh adalah untuk mengidentifikasi perubahan postur akibat pertumbuhan dan perkembangan normal, hal-hal yang perlu dipelajari untuk mempertahankan postur tubuh yang baik, faktor yang menyebabkan postur tubuh yang buruk (misalnya kelelahan dan harga diri rendah) , serta kelemahan otot dan kerusakan motorik lainnya. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral, dan posterior guna mengamati apakah bahu dan pinggul sejajar, jari-jari kaki mengarah kedepan dan tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi lain (Mubarok, Nurul & Chayatin, 2007).


2.      Cara berjalan
Pengkajian berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan resiko cedera akibat jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien berjalan sejauh kurang lebih 10 kaki didalam ruangan, kemudian amati hal-hal berikut: kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus. Tumit menyentuh tanah lebih dulu dari pada jari kaki, kaki dorsofleksi pada fase ayunan.Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki disisi yang berlawanan.Gaya berjalan halus, terkoordinasi, dan berirama, ayunan tubuh dari sisi ke sisi minimal dan tubuh bergerak lurus kedepan, dan gerakan dimulai dan di akhiri dengan santai.Selain itu perawat juga perlu mengkaji kecepatan berjalan (normalnya 70-100 langkah permenit) (Mubarok, Nurul & Chayatin, 2007).
3.        Penampilan dan pergerakan sendi
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji antara lain: adanya kemerahan atau pembengkakan sendi, adanya deformitas, perkembangan otot yang terkait dengan masing-masing sendi, adanya nyeri tekan, krepitasi, peningkatan temperatur di sekitar sendi dan derajat gerak sendi.
4.        Kemampuan dan keterbatasan gerak.   
Pengkajian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan. Hal-hal yang perlu di kaji antara lain :
a.       Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak.
b.      Adanya hambatan dalam bergerak
c.       Kewaspadaan mental dan kemampuan klien untuk mengikuti petunjuk.
d.      Keseimbangan dan koordinasi klien
e.       Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat.
f.       Derajat kenyamanan klien
g.      Penglihatan
5.        Kekuatan dan masa otot.
6.        Toleransi aktivitas
7.        Masa terkait mobilisasi
Pemeriksaan ini dilakukan segera setelah klien mengalami imobilisasi. Data yang diperoleh tersebut kemudian menjadi standar (data dasar) yang akan di bandingkan dengan data selama periode imobilisasi(Mubarok, Nurul &Chayatin )

3.       Pemeriksaan penunjang
a.         Pemeriksaan Laboratorium

Beberapa hasil uji laboratorium dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis artritis reumatoid. Sekitar 85% penderita artritis reumatoid mempunyai autoantibodi di dalam serumnya yang dikenal sebagai faktor reumatoid. Autoantibodi ini adalah suatu faktor anti-gama globulin (IgM) yang bereaksi terhadap perubahan IgG. Titer yang tinggi, lebih besar dari 1:160, biasanya dikaitkan dengan nodula reumatoid, penyakit yang berat, vaskulitis, dan prognosis yang buruk.
Faktor reumatoid adalah suatu indikator diagnosis yang membantu, tetapi uji untuk menemukan faktor ini bukanlah suatu uji untuk menyingkirkan diagnosis reumatoid artritis.Hasil yang positif dapat juga menyatakan adanya penyakit jaringan penyambung seperti lupus eritematosus sistemik, sklerosis sistemik progresif, dan dermatomiositis.Selain itu, sekitar 5% orang normal memiliki faktor reumatoid yang positif dalam serumnya. Insidens ini meningkat dengan bertambahnya usia. Sebanyak 20% orang normal yang berusia diatas 60 tahun dapat memiliki faktor reumatoid dalam titer yang rendah.
  Laju endap darah (LED) adalah suatu indeks peradangan yang bersifat tidak spesifik.Pada artritis reumatoid nilainya dapat tinggi (100 mm/jam atau lebih tinggi lagi). Hal ini berarti bahwa laju endap darah dapat dipakai untuk memantau aktifitas penyakit. Artritis reumatoid dapat menyebabkan anemia normositik normokromik melalui pengaruhnya pada sumsum tulang. Anemia ini tidak berespons terhadap pengobatan anemia yang biasa dan dapat membuat penderita cepat lelah. Seringkali juga terdapat anemia kekurangan besi sebagai akibat pemberian obat untuk mengobati penyakit ini. Anemia semacam ini dapat berespons terhadap pemberian besi. 
  Pada Sendi Cairan sinovial normal bersifat jernih, berwarna kuning muda hitung sel darah putih kurang dari 200/mm3. Pada artritis reumatoid cairan sinovial kehilangan viskositasnya dan hitungan sel darah putih meningkat mencapai 15.000 – 20.000/ mm3. Hal ini membuat cairan menjadi tidak jernih. Cairan semacam ini dapat membeku, tetapi bekuan biasanya tidak kuat dan mudah pecah. Pemeriksaan laboratorium khusus untuk membantu menegakkan diagnosis lainya, misalnya : gambaran immunoelectrophoresis HLA (Human Lymphocyte Antigen) serta Rose-Wahler test.

b.      Pemeriksaan Radiologi
Pada awal penyakit tidak ditemukan, tetapi setelah sendi mengalami kerusakan yang berat dapat terlihat penyempitan ruang sendi karena hilangnya rawan sendi. Terjadi erosi tulang pada tepi sendi dan penurunan densitas tulang.Perubahan ini sifatnya tidak reversibel.Secara radiologik didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada sendi yang terkena.


3.2         DIAGNOSA
1.      Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh rheumatoid arthritis
2.      Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
3.      Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.


3.3         INTERVENSI
     
NO
DIAGNOSA
INTERVENSI
RASIONAL
1
Nyeri b.d perubahan patologis oleh rheumatoid arthritis.

Tujuan:
Kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi atau klien terhindar dari rasa nyeri.

Kriteria Hasil:
Keadaan umum baik
Ekspresi wajah baik
Tingkat nyeri 1
TTV normal

1.       Istirahatkan klien sesuai kondisi (bed rest).





2.       Bila direncanakan klien dapat menggunakan splint, atau brace.
3.       Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba.


4.       Lakukan perawatan dengan hati-hati khususnya pada anggota-anggota tubuh yang sakit.
5.       Gunakan terapi panas misal kompres hangat pada area/bagian tubuh yang sakit.






6.       Lakukan peawatan kulit dan masase perlahan.




7.       Memberikan obata-obatan sesuai terapi dokter misal, analgetik, antipiretik, anti inflamasi.
1.       Hal ini dapat membantu menurunkan stress muskuloskeletal,mengurangi tegangan otot, dan meningkatkan relaksasi karena kelelahan dapat mendorong terjadinya nyeri.
2.       Hal ini dapat mencegah deformitas lebih lanjut.



3.       Agar tidak menimbulkan dislokasi dan stres pada sendi-sendi.
4.       Karena gerakan-gerakan yang  kasar akan semakin menimbulkan nyeri.

5.       Panas dapat meningkatkan sirkulasi, relaksai otot-otot, mengurangi kekakuan. Kemungkinan juga dapat membantu pengeluaran endorfin yaitu sejenis morfin yang diproduksi oleh tubuh.
6.       Hal ini membantu meningkatkan aliran darah relaksasi otot, dan menghambat impuls-impuls nyeri serta merangsang pengeluaran endorfin.
7.       Menurunkan rasa nyeri klien


2
Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot

Tujuan : setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam mobilitas persendian klien dapat meningkat

Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
1.       Bantu klien untuk melakukan ROM aktif atau Pasif

2.       Rencanakan program latihan setiap hari (dapat bekerja sama dengan dokter)
3.       Lakukan observasi untuk setiap kali latihan
1.       Untuk memelihara  fungsi sendi dan kekuatan otot, meningkatkan elastisitas
2.       Agar tidak terjadi kekakuan sendi pada klien

3.       Untuk memantau perkembangan pasien 
3
Resiko tinggi cedera b.d penurunan fungsi tulang

Tujuan: setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan tanda-tanda cidera tidak ada.

Kriteria hasil :
Klien dapat mempertaahankan keselamatan fisik

1.       Kendalikan lingkungan dengan: Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil
2.       Memantau regimen medikasi
3.       Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya daripada mengagetkannya


1.       Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluaraga dari kekhawatiran yang konstan.








2.       Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi
3.        Restrain dapat meningkatkan agitasi, mengagetkan pasien akan meningkatkan ansietas.






















BAB 4
PENUTUP

4.1     Kesimpulan
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

4.2     Saran
4.2.1        Bagi Mahasiswa
            Diharapkan mampu memahami tentang penyakit Rheumatoid Atritis dan dapat menerapkan bagaimana cara penanganan pasien dengan Rheumatoid Atritis.
4.2.2        Bagi Institusi
            Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang Rheumatoid Atritis dan dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang penyakit-penyakit serta asuhan keperawatan penyakit tersebut.
4.2.3        Bagi Masyarakat
            Diharapakan agar lebih mengerti dan memahami tentang Rheumatoid Atritis serta bagaimana penyebaran dan penularan Rheumatoid Atritis untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.


16
 
DAFTAR PUSTAKA


Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.


3 komentar:

  1. Unknown mengatakan...:

    izin download

  1. Rose Jurgen mengatakan...:

    Here is  my testimony on how I was cured of HIV by Dr Akhigbe,with his natural herbal medicine.  on a regular basis in efforts to help others when I could. As you may know, each donation is tested.  Well, on July 6th I had a meeting with a Red Cross representative and was told that I had HIV. “What went through your mind when you heard that "Rose" Good question reader! To be honest, I thought my life was over, that I would ever find love, get married, have children or anything normal. Lucky for me I have an amazing support system.  My family supported me then I never thought that I was invincible to STD s or pregnancy or anything else parents warn their kids about. I just didn’t think about it. I was in a monogamous relationship and thought that I asked the right questions.  We even talked about marriage Scary.  During that time I was in college and donated blood on a re as well. who helped me in search of cure through the media.there we saw a good testimony of sister 'Kate' about the good work of Dr Akhigbe natural herbal medicine cure.then I copied his email address and contacted him. A good herbalist doctor with a good heart, he is kind, loving and caring. He replied back to my message and told me what to do. After a week the doctor sent me my herbal medicine and instructed me how to take it.Yes it worked very well, after drinking it I went to the hospital for another test and everything turned negative. What a wonderful testimony I can never forget in my life. Dr Akhigbe is a man who gave me a life to live happily forever so all I want you all to believe and know that cure of HIV is real and herbs is a powerful medicine and it works and heals.  Dr Akhigbe also used his herbal medicine to cure diseases like:   HERPES, DIABETES, SCABIES, HEPATITIS A/B, STROKE, CANCER, ALS, TUBERCULOSIS, ASTHMA, PENIS ENLARGEMENT, MALARIA, LUPUS, LIVER CIRRHOSIS, DEPRESSION, HIV/AIDS, EPILEPSY, BACTERIAL, DIARRHEA, HEART DISEASES, HIGH BLOOD PRESSURE, PARKINSON'S, ALZHEIMER, COLD URTICARIA, HUMAN PAPILLOMAVIRUS,INSOMNIA,  BACTERIAL VAGINOSIS, SCHIZOPHRENIA, JOINT PAIN, STOMACH PAIN, CHROME DISEASES, CHLAMYDIA, INSOMNIA HEARTBURN, ,  THYROID, MAR BURG DISEASES, MENINGITIS, ARTHRITIS, BODY WEAK, SMALLPOX, DENGUE, FEVER, CURBS, CHANCRE, AND OTHERS VARIOUS DISEASES/ VIRUS.   You are there and you find yourself in any of these situations, kindly contact Dr Akhigbe now to help you get rid of it. Here is his email address:
       drrealakhigbe@gmail.com      or you can write to him on whats app with his phone number:   +2349010754824.
      My appreciation is to share his testimony for the world to know the good work Dr Akhigbe has done for me and he will do the same for you.
       

Posting Komentar