Schleroderma


Di comot dari teman kelasku,,
(Rani, Diyah, Wisnu, Benedikta, dll)
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Scleroderma adalah suatu penyakit autoimun dari jaringan penghubung. Penyakit autoimun adalah penyakit-penyakit yang terjadi ketika jaringan-jaringan tubuh diserang oleh sistim imunnya sendiri. Scleroderma dikarakteristikan oleh pembentukan dari jaringan parut (fibrosis) pada kulit dan organ-organ tubuh. Ini menjurus pada ketebalan dan keteguhan dari area-area yang terlibat. Scleroderma, ketika tersebar atau menyebar luas keseluruh tubuh, juga dirujuk sebagai systemic sclerosis.
Penyebab dari scleroderma tidak diketahui. Peneliti-peneliti telah menemukan beberapa bukti bahwa gen-gen adalah faktor-faktor yang penting, namun lingkungan tampaknya juga memainkan suatu peran. Akibatnya adalah pengaktifan sistim imun, menyebabkan luka pada jaringan-jaringan yang berakibat pada luka yang serupa dengan pembentukan jaringan parut. Fakta bahwa gen-gen tampaknya menyebabkan suatu kecenderungan untuk mengembangkan scleroderma berarti bahwa warisan paling sedikit memainkan suatu bagian peran. Adalah tidak luar biasa untuk menemukan penyakit-penyakit autoimun lain pada keluarga-keluarga dari pasien-pasien scleroderma. Beberapa bukti untuk peran yang mungkin dimainkan gen-gen dalam menjurus pada pengembangan dari scleroderma datang dari studi dari Choctaw Native Americans yang adalah kelompok dengan kejadian dari penyakit yang dilaporkan paling tinggi. Penyakit adalah lebih sering pada wanita-wanita daripada pada pria-pria.

1.2         Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan scleroderma ?

1.3         Tujuan
1.        Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan scleroderma.
2.        Tujuan khusus
a.       Mengetahui definisi dari scleroderma
b.      Mengetahui apa saja klasifikasi scleroderma
c.       Mengetahui etiologi dari scleroderma
d.      Mengetahui patofisiologi dari scleroderma
e.       Mengetagui manifestasi klinis dari scleroderma
f.       Mengetahui Komplikasi dari scleroderma
g.      Mengetahui penatalaksanaan terhadap scleroderma
h.      Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan scleroderma





















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Definisi
Scleroderma adalah suatu penyakit autoimun dari jaringan penghubung, penyakit langka kronis yang menyerang pertahanan tubuh. Scleroderma ialah pengentalan patologis dan pengerasan kulit yang mempengaruhi sirkulasi pembuluh darah, jaringan penghubung dan organ dalam tubuh. Scleroderma adalah suatu bentuk gangguan kulit akibat berkurangnya/rusaknya jaringan penyangga kulit, terutama serat-serat kolagen. Kelainan ini bisa terjadi setempat (localized scleroderma, atau “Morphea”), bisa pula menyeluruh sehingga menyerang berbagai organ tubuh (systemic sclerosis). (Carpenito, 2004). Scleroderma adalah suatu kondisi yang berarti kulit mengeras.

2.2         Klasifikasi
Scleroderma dapat diklasifikasikan dalam istilah-istilah dari derajat dan lokasi kulit yang terlibat. Karena itu, scleroderma telah dikatagorikan kedalam dua kelompok-kelompok utama, yaitu :
1.        Diffuse (tersebar)
Bentuk diffuse dari scleroderma (systemic sclerosis) melibatkan penebalan simetris dari kulit, kaki, tangan, muka, dan batang tubuh (dada, punggung, perut, atau panggul) yang dapat secara cepat maju/berkembang ke pengerasan setelah suatu fase peradangan dini. Penyakit organ dapat terjadi sejak dini dan serius. Organ-organ yang terpengaruh termasuk kerongkongan (esophagus), usus, paru-paru dengan luka parut (fibrosis), jantung, dan ginjal.
2.        Limited (terbatas)
Bentuk limited dari scleroderma cenderung dibatasi pada kulit dari jari-jari tangan dan muka. Perubahan-perubahan kulit dan ciri-ciri lain dari penyakit cenderung terjadi lebih perlahan daripada pada bentuk diffuse. Karena suatu pola klinik yang karakteristik dapat terjadi pada pasien-pasien dengan bentuk limited dari scleroderma.

2.3         Etiologi
Penyebab skleroderma masih belum diketahui. Beberapa kasus scleroderma dihubung-hubungkan dengan adanya reaksi bahan kimia. Unsur-unsur lain yang bisa menyebabkan terjadinya scleroderma adalah keturunan dan virus.
Penyebab skleroderma tidak diketahui tapi dokter percaya skleroderma disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan tubuh sendiri. Serangan sistem kekebalan tubuh menyebabkan peradangan dan berlebihan dari kolagen. Terlalu banyak kolagen menyebabkan kulit, dan kadang-kadang organ-organ internal, untuk menjadi keras dan ketat. Para peneliti tidak yakin apa yang memicu respons autoimun. Namun para peneliti telah menemukan beberapa bukti bahwa gen adalah faktor penting, meskipun lingkungan tampaknya juga memainkan peran pada penyakit ini. Akibatnya penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh, menyebabkan cedera pada jaringan yang mengakibatkan cedera serupa dengan bekas luka pembentukan jaringan.

2.4         Patofisiologi
Dasar patofisiologis penyakit komplek imun ini adalah reaksi hipersensitivitas, terjadi bila reaksi antigen-antibodi ditemukan dalam jaringan atau sirkulasi atau dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen. Komplemen yang diaktifkan kemudian melepas macrophage chemotactik factor. Makrofag yang dikerahkan ditempat tersebut melepas enzim protease dan enzim yang lain yang dapat merusak jaringan sekitarnya. Fibrosis (perusakan jaringan) terbentuk di kulit dan/atau organ-organ bagian dalam. Fibrosis ini pada akhirnya menyebabkan kulit atau organ yang bersangkutan mengeras. Makrofag juga melepas bahan toksik yang berasal dari metabolisme oksigen dan arginin (oksigen radikal bebas) yang akan menyebabkan kerusakan jaringan lebih parah.


2.5         Manifestasi Klinis
Manifestasi dari skleroderma biasanya menyebabkan fibrosis (perusakan jaringan) terbentuk di kulit dan atau organ-organ bagian dalam. Fibrosis ini pada akhirnya menyebabkan kulit atau organ yang bersangkutan mengeras. Karena itu skleroderma terkenal sebagai “penyakit yang mengubah orang menjadi batu”.
Scleroderma mempengaruhi kulit untuk menyebabkan tanda-tanda peradangan yang ditempat (lokal) atau yang menyebar luas (kemerahan, pembengkakan, keperihan, gatal, dan nyeri) yang dapat menjurus pada pengetatan atau pengerasan kulit. Perubahan-perubahan kulit ini dapat tersebar luas yang dapat menjurus pada batasan yang berkurang dari gerakan jari-jari tangan, jari-jari kaki, dan rahang. Area-area kecil dari pengapuran atau kalsifikasi (calcinosis), sementara tidak umum, dapat adakalanya dicatat sebagai nodul-nodul yang keras pada ujung-ujung dari siku-siku tangan atau di jari-jari tangan.
Scleroderma yang mempengaruhi kerongkongan (esophagus) menjurus pada heartburn (rasa terbakar dihulu hati).
Scleroderma yang mempengaruhi usus besar (kolon) paling sering menyebabkan sembelit namun dapat juga menjurus pada kejang dan diare. Ketika ini adalah berat/ parah, dapat berakibat pada rintangan pembuangan air besar sepenuhnya.
Pembuluh-pembuluh darah yang dapat dipengaruhi termasuk arteriol-arteriol yang kecil dari ujung-ujung jari tangan, jari-jari kaki, dan ditempat lain. Pembuluh-pembuluh ini dapat mempunyai suatu kecenderungan pada kekejangan ketika area-area dipaparkan pada dingin, menjurus pada kebiruan, kepucatan, dan kemerahan dari jari-jari tangan, jari-jari kaki, dan adakalanya hidung atau telinga-telinga yang terlibat. Perubahan-perubahan warna ini dirujuk sebagai Raynaud's phenomenon. Raynaud's phenomenon dapat menyebabkan suplai oksigen yang tidak cukup ke ujung-ujung jari-jari tangan atau jari-jari kaki yang terlibat, menyebabkan borok-borok kecil atau kulit yang menghitam (mati). Adakalanya Raynaud's phenomenon juga dihubungkan dengan perasaan geli (tingling). Pembuluh-pembuluh darah lain yang dapt dilibatkan pada scleroderma adalah kapiler-kapiler kecil dari muka, bibir-bibir, mulut, atau jari-jari tangan. Kapiler-kapiler ini melebar membentuk tempat-tempat kecil merah yang memucat, yang disebut telangiectasias. 

2.6         Komplikasi
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, komplikasi potensial yang dapat terjadi :
1.        Infeksi.
2.        Jaringan parut.
3.        Rasa percaya diri.

2.7         Penatalaksanaan
1.      Medis
Tidak ada obat yang dapat menghentikan perkembangan skleroderma. Tetapi obat hanya dapat meredakan beberapa gejala dan mengurangi kerusakan organ atau dapat membantu mencegah komplikasi. Gaya hidup dan perubahan pola makan bisa membuat hidup dengan penyakit ini lebih mudah.
Obat-obat yang dimaksud seperti :
a.         Obat anti peradangan non steroid atau kadang-kadang kortikosteroid, membantu meredakan nyeri otot dan sendi yang berat dan kelemahan
b.         Efek Penisilamin akan memperlambat penebalan kulit dan bisa menghambat keterlibatan organ dalam, tetapi beberapa penderita tidak dapat mengatasi samping obat-obatan ini.
c.         Obat imunosupresan (penekan kekebalan) seperti metotreksat, bisa membantu beberapa penderita.
d.        Heartburn bisa diredakan dengan makan dalam porsi kecil, minum antasida dan obat anti histamin yang menghambat produksi asam lambung. Tidur dengan posisi kepala yang lebih tinggi sering membantu.
Pembedahan kadang-kadang dapat mengatasi masalah refluks asam lambung yang berat
e.      Tetracycline atau antibiotik lainnya dapat membantu mencegah gangguan penyerapan di usus yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri berlebih pada usus yang rusak
f.      Nifedipine dapat meredakan gejala dari fenomena Raynaud, tapi juga bisa meningkatkan refluks asam.
g.         Obat anti tekanan darah tinggi, terutama penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), berguna untuk mengobati penyakit ginjal dan tekanan darah tinggi
2.      Nonmedis
a.         Fisioterapi
Fisioterapi merupakan hal yang tak boleh dilupakan pada penatalaksanaan scleroderma. Latihan range of motion aktif/pasif, pemanasan. Keduanya bermanfaat untuk memperbaiki peredaran darah dan kontraktur yang disebabkan oleh fibrosis pada sendi dan kulit. Pencegahan vasokonstriksi karena dingin dan usaha mempertahankan pembuluh darah dalam keadaan sedikit vasodilatasi dilakukan misalnya dengan melindungi tubuh terhadap dingin dan melakukan latihan jasmani bertahap.
b.      Terapi fisik dan latihan olah raga dapat membantu mempertahankan kekuatan otot, tapi tidak dapat secara keseluruhan mencegah sendi yang terfiksasi pada posisi fleksi









2.8        
Reaksi bahan kimia keturunan, virus, reaksi auto imun

 
WOC


 































BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1         PENGKAJIAN
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboraturium untuk memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.
a.         Anemnese
1.         Nama Istri                   :                       Nama Suami                :
2.         Alamat                         :                       Alamat                                    :
3.         Umur                           :                       Umur                           :
4.         Jenis Kelamin              :                       Jenis Kelamin              :
5.         Pendidikan                  :                       Pendidikan                  :
6.         Pekerjaan                     :                       Pekerjaan                     :
7.         Status Perkawinan       :                       Status Perkawinan      :
8.         Tanggal MRS              :                      
9.         Tanggal Pengkajian     :                      
10.     No.MRS                      :                      
11.     Penanggung Jawab      :
12.     Dx Medis                    :
b.    Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
b.      Tanda-tanda Vital
Meliputi Pemeriksaan :
1.      Tekanan darah :  sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi dan kondisi patologis
2.      Pulse rate
3.      Respiratory rate
4.      Suhu
c.       Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diperlukan untuk diagnosis penyakit ini.
1.         Inspeksi
Pada pemeriksaan fisik, saat infeksi ditemukan adanya kelainan berupa adanya perubahan pada kulit seperti ulserasi (borok atau koreng), kalsifikasi (pengapuran), dan perubahan pigmentasi (warna kulit), fenomena raynaud (perubahan warna jari tangan dan jari kaki menjadi pucat, kebiruan, atau kemerahan, jika terkena panas ataupun dingin), kulit tangan dan lengan depan tampak mengkilat dan menebal, kulit wajah tampak kencang seperti topeng. Apabila scleroderma menyebabkan terjadinya jaringan parut di paru-paru, akan ditemukan dipsnea pada saat bernapas, adanya penggunaan otot bantu pernapasan, klien tampak sesak nafas. Apabila scleroderma menyebabkan jaringan parut di jantung klien tampak menglami palpitasi, terdapat sianosis sikumoral.
2.    Palpasi
Ditemukan adanya pembengkakan, nyeri tekan, dan kekakuan pada persendian. Kulit menjadi keras saat diraba, apabila scleroderma menyebabkan jaringan parut dijantung, paru, ginjal dan organ-organ lainya akat detemukan tacicardia, denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, Hati mungkin membesar.
3.         Perkusi
Apabila scleroderma menyebabkan jaringan parut di paru maka   didapatkan suara perkusi pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
4.         Auskultasi
Auskultasi pada scleroderma yang menyebabkan jaringan parut di jantung sehingga menimbulkan gagal jantung baik kanan maupun kiri akan ditemukan Bunyi jantung; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah, adanya murmur. Sedangkan apabila scleroderma menyebabkan jaringan parut pada paru akan terdengar stridor dan ronchii pada lapang paru.

3.2         DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.        Ketidaknyamanan nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2.        Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit.
3.        Gangguan citra diri berhubungan dengan rasa malu dan frustasi terhadap penampilan diri.

3.3         INTERVENSI KEPERAWATAN
NO.
DX. KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Ketidaknyamanan nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan :
Kriteria Hasil :

1.     Kaji adanya nyeri.



2.     Hindari bahan-bahan atau benda-benda yang menyebabkan nyeri.

3.     Kolaborasi medis pemberian analgetik sesuai indikasi.

1.     Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan.

2.     Mencegah timbulnya nyeri.


3.     Mengurangi nyeri.

2.
Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit.

1.      Kaji derajat lesi untuk mengetahui seberapa parah lesi pada kulit.

2.      Anjurkan klien untuk menghindari garukan pada daerah yang mengeras. 

3.     Anjurkan klien untuk menghindari pemakaian kosmetik yang mengandung bahan kimia.

4.     Kolaborasi : pemberian terapi topikal dan sistemik.



1.     Mengetahui tingkat keparahan guna memberikan terapi yang tepat
2.      Mencegah lesi dan kerusakan integritas kulit.

3.     Mencegah kerusakan permukaan kulit.


4.     Mempercepat proses penyembuhan.

3.
Gangguan citra diri berhubungan dengan rasa malu dan frustasi terhadap penampilan diri.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
1.     Berikan motivasi dan harapan kepada klien bahwa penyakit scleroderma dapat diobati.

2.     Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

3.     Anjurkan klien untuk melakukan pengobatan secara konsisten.


1.     Mengurangi kecemasan dan meningkatkan rasa percaya diri.
2.     Mengurangi kecemasan


3.     Mempercepat proses penyembuhan.

3.4         IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO.
HARI, TANGGAL, JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
PARAF
1.

Diagnosa 1
1.     Mengkaji  adanya nyeri.
2.     Menghindari bahan-bahan atau benda-benda yang menyebabkan nyeri.
3.     Mengkolaborasi medis pemberian analgetik sesuai indikasi.


S:Pasien  mengungkapkan rasa nyeri hilang atau berkurang

O: Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh yang rileks

P: Masalah teratasi sebagian

A: Intervensi dilanjutkan



Diagnosa 2
1.      Mengkaji derajat lesi untuk mengetahui seberapa parah lesi pada kulit.
2.     Menganjurkan klien untuk menghindari garukan pada daerah yang mengeras. 
3.     Menganjurkan klien untuk menghindari pemakaian kosmetik yang mengandung bahan kimia.
4.     Mengkolaborasi  : pemberian terapi topikal dan sistemik.


S: Kerusakan integritas kulit teratasi
O: Tidak ada lesi

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan



Diagnosa 3
1.     Berikan motivasi dan harapan kepada klien bahwa penyakit scleroderma dapat diobati.
2.     Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
3.     Anjurkan klien untuk melakukan pengobatan secara konsisten.


S: Pasien merasa percaya akan dirinya sendiri atau tidak merasa malu

O: berinteraksi dengan keluarga, teman dan perawat.

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan


BAB 4
PENUTUP
1.1         KESIMPULAN
Scleroderma adalah penyakit langka kronis yang menyerang pertahanan tubuh. Saat ini diperkirakan sekitar 150,000 sampai 500,000 orang Amerika telah terjangkit penyakit ini. Terutama wanita berumur antara 30 sampai 50 tahun. Penyakit ini menjangkit 30 orang per 100.000 dan perbandingan antara wanita dan pria berkisar empat banding satu.
Penyebab skleroderma masih belum diketahui. Beberapa kasus scleroderma dihubung-hubungkan dengan adanya reaksi bahan kimia. Unsur-unsur lain yang bisa menyebabkan terjadinya scleroderma adalah keturunan dan virus.

1.2         SARAN
Diharapkan makalah asuhan keperawatan ini, dapat menambah wawasan pembaca dan khususnya untuk tim medis dalam menerapakan konsep asuhan keperawatan pada pasien.

















DAFTAR PUSTAKA

Setiyohadi, B. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sklerosis. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Kurniati, Nova. 2011. Modul Skleroderma. http://www.scribd.com/doc/49021181/MODUL-SKLERODERMA

0 komentar:

Posting Komentar