Askep Low Back Pain (LBP) akibat Ergonomi


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Ergonomi menjembatani berbagai lapangan ilmu seperti Antropologi, Biomekanik, Faal, Higiene perusahaan dan keselamatan kerja dan perencanaan kerja. Namun kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya. Sejalan dengan bertambahnya jumlah orang yang banyak menghabiskan waktu diruang kerja dengan duduk, maupun diatas kendaraan maka makin menambah insiden keluhan nyeri pada punggung bagian bawah (Low Back Pain).
Asuransi kesehatan nasional Swedia dari data analisis statistik melaporkan 53% pada populasi dengan aktivitas biasa sehari-hari mengalami nyeri punggung bawah dan 64% pada populasi yang melakukan aktivitas sebagai pekerja berat. Diperkirakan 60% sampai 80% populasi dewasa pernah mengalami LBP, kira-kira 2% sampai 5% terkena setiap tahunnya.  Orang yang waktu bekerja melakukan gerakan membungkuk yang berulang-ulang atau berjongkok dan  duduk lama mempunyai frekuensi LBP lebih tinggi, masalah psikososial juga penting sebagai faktor pencetus terjadinya nyeri punggung bawah.
Dalam hal perawatan secara umum pada penyakit LBP dengan penyakit syaraf lainnya mempunyai kesamaan dalam pemberian asuhan keperawatan menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia.  Adapun kekhususan dari perawataan klien dengan LBP adalah karena masalah yang muncul biasanya bersifat komplek dan mempengaruhi sistem tubuh sehingga asuhan keperawatan yang diberikan mencegah terjadinya defisit neurologis, memberikan dan mengembalikan fungsi dengan cara meningkatkan aktivitas secara bertahap dengan melakukan range of mation (ROM) aktif maupun pasif.
Ada beberapa kendala yang ditemukan sehingga standar keperawatan yang telah ditetapkan rumah sakit tidak dapat dicapai secara maksimal, dari pihak klien misalnya alasan faktor ekonomi dimana klien dengan LBP membutuhkan waktu yang lama untuk menyembuhkan sehingga membutuhkan dana yang cukup besar jika harus dirawat di rumah sakit, sedangkan dari pihak rumah sakit misalnya masih minimnya tenaga kesehatan dibandingkan jumlah dengan jumlah klien yang memerlukan perawatan sehingga tidak setiap klien dapat dilayani secara maksimal menurut standar keperawatan yang ada di rumah sakit.

1.2         Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan Low Back Pain ?

1.3         Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan Low Back Pain.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui Definisi Low Back Pain.
2.    Untuk mengetahui Etiologi Low Back Pain
3.    Untuk mengetahui Patofisiologi Low Back Pain
4.    Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Low Back Pain
5.    Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Low Back Pain
6.    Untuk mengetahui Penatalaksanaan Low Back Pain
7.    Untuk mengetahui Masalah Ergonomi yang dapat Menyebabkan Low Back Pain
8.    Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Low Back Pain.

1.4         Manfaat
1.4.1    Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan low back pain sehingga dapat meningkatkan kesehatan pekerja yang ada di masyarakat.
4.2.2        Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan low back pain dan dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang asuhan keperawatan pasien dengan masalah ergonomi.
4.2.3        Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan low back pain untuk meningkatkan mutu kesehatan pekerja yang ada di masyarakat.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial. Definisi keperawatan tentang nyeri adalah, apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu/seseorang yang mengalaminya, yang ada kapanpun orang tersebut mengatakannya.
Low back pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada daerah lumbasakral dan sakroiliakal atau pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki.
Low back pain dapat berupa rasa sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini dapat timbul secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.  Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh bagian belakang, dari tulang iga terakhir sampai bagian bawah bokong dan juga dapat menjalar ketungkai.  

2.2     Etiologi
Penyebab low back pain bermacam-macam dan multifaktor. Diantaranya adalah:
1.      Kelainan kongenital
a)      Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae itu (in utero) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri. Pada spondilolitesis, korpus vertebrae itu sendiri (biasanya L5) tergeser ke depan.
Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi masih berada dalam kandungan, namun (oleh karena timbulnya kelainan-kelainan degeneratif) sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri ini dapat berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan bertambah parah jika penderita berdiri atau berjalan.
b)      Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
c)      Spondylitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang. Ini merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi sendi tulang belakang.
2.      Trauma dan gangguan mekanis
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Adanya fraktur pada salah satu prosesus tranversus pada orang-orang yang melakukan kegiatan olahraga yang terlalu dipaksakan juga dapat menjadi penyebab nyeri pinggang bagian bawah (low back pain). Selain itu pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang besar dapat mengganggu keseimbangan statik dan kinetik dari tulang belakang sehingga dapat timbul nyeri pinggang.
3.      Radang (inflamasi)
Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinoval pada vertebra. Artritis rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.
4.      Tumor (neoplasma)
Tumor vertebra dan medulla spinalis dapat jinak ataupun ganas. Pada tumor jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak yang menimbulkan nyeri yang menetap. Sifat nyeri pada tumor ganas lebih hebat daripada tumor jinak.
5.      Gangguan metabolik
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak keluhan nyeri pada pinggang yang dapat disebabkan oleh karena kekurangan protein ataupun oleh gangguan hormonal misalnya menupause.
6.      Psikis
Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejalan low back pain, misalnya ansietas yang dapat menyebabkan tegang otot yang mengakibatkan rasa nyeri, misalnya di kuduk atai di pinggang. Rasa nyeri ini dapat pula kemudian menambah meningkatnya keadaan ansietas dan di ikuti oleh meningkatnya tegang otot dan rasa nyeri.

2.3     Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi  yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi  nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

2.4     Manifestasi Klinis
1.    Perubahan dalam gaya berjalan
a)    Berjalan terasa kaku
b)   Tidak bias memutar punggung
c)    Pincang
2.    Persyarapan
a)      Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
b)      Tidak terkontrol Bab dan Bak.
3.    Nyeri
a)        Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan
b)        Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit
c)        Nyeri otot dalam
d)       Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki
e)        Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis
f)         Nyeri pada pertengahan bokong
g)        Nyeri berat pada kaki semakin meningkat

2.5         Pemeriksaan Penunjang
1.    Fungsi lumbal
Untuk mengetahui warna cairan serebrospinal (jernih air, kekuningan/xantokram, keruh), adanya kesan sumbatan atau hambatan aliran cairan serebrospinal secara total atau parsial, jumlah sel, kadar protein, NaCl dan glukosa.
2.    Foto rontgen
Untuk mengidentifikasi adanya fraktur korpus vertebra, arkus atau prosesus spinosus, juga adanya dislokasi vertebra, spionfilolistesis, bamboo spine destruksi vertebra, HNP
3. Computed tomografhy ( CT )
Berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
4. Ultrasonography
Dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
5. Magneting resonance imaging ( MRI )
Memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
6. Meilogram dan discogram
Untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi diskus.
7. Venogram efidural
Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
8. Elektromiogram (EMG)
Digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati).

2.6     Penatalaksanaan
a.    Tirah baring
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutut dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
b.    Medika mentosa
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia.
c.    Fisioterapi
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut.
d.   Psikoterapi
Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan psikopatologi dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat digabungkan dengan relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.
e.    Akupuntur
Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang kemudian menutup gerbang nyeri.
f.     Terapi operatic
Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun adanya gangguan spingter.
g.    Latihan
Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak memperburuk keadaan, dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika penyebabnya adalah herniasi diskus.

2.7     Pencegahan
Low back pain (LBP) merupakan permasalah yang sering muncul dalam suatu asuhan keperawatan dengan gejala umum yang terasa pada bagian lumbosacral, otot gluteal, paha dan sering kali pada ekstremitas bawah. Ketika karakteristik gejala low back pain muncul maka diperlukan pengangkatan suatu diagnosa dan bagaimana penanganannya yang tepat. Hampir dari 90% penduduk pernah mengalami LBP dalam siklus kehidupannya dan LBP merupakan keluhan nomor dua yang sering muncul  setelah keluhan pada gangguan system pernafasan.
Terdapat hasil penelitian yang menyebutkan bahwa hampir 48% klien dengan LBP tidak diketemukan penyebabnya yang jelas (Croft, 1999). Croft juga menyebutkan bahwa 90% klien dengan LBP menghentikan pengobatannya setelah 3 bulan pengobatan walaupun nyerinya masih terasa.
Low back pain dikatagorikan sebagai akut (kurang dari 12 minggu), sub akut (6-12 minggu) dan kronik (lebih dari 12 minggu). Umumnya LBP berhubungan dengan peregangan ligament dan otot yang diakibatkan dari mekanik tubuh yang salah saat mengangkat sesuatu. Faktor resiko untuk mengalami LBP adalah berat badan berlebih, memiliki postur dan memiliki kekuatan otot perut yang buruk.
Berikut ini akan diuraikan cara pencegahan terjadinya low back pain dan cara mengurangi nyeri apabila LBP telah terjadi.
1.      Latihan Punggung Setiap Hari
a)    Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
b)   Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
c)    Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
2.      Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
a)    Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkatnya.
b)   Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah
c)    Peganglah benda dekat perut dan dada
d)   Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
e)    Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
3.      Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
a)    Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
b)   Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
c)    Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi secara periodic.
d)   Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak teregang.
e)    Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi
4.      Tetaplah aktif dan hidup sehat
a)    Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak rendah
b)   Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
c)    Tidurlah di kasur yang nyaman.
d)   Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.

2.8     Masalah Ergonomi yang dapat Menyebabkan Low Back Pain
Ergonomi sebagai ilmu, tekhnologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).










BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LOW BACK PAIN

3.1         Pengkajian
1.      Identitas pasien
a.       Nama
b.      Umur
c.       Jenis kelamin
d.      Pekerjaan
e.       Suku
f.       alamat
2.      Keluhan utama :
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan, nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
3.      Lingkungan Pekerjaan
a)      Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan yang mengharuskan pekerjanya duduk terlalu lama dan jenis pekerjaan yang mengangkat beban berat misalnya kuli pasar yang mengangkat beban di bahunya lebih dari 25kg sehari akan memperbesar timbulnya keluhan nyeri pinggan (low back pain).
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis.
b)      Aktifitas fisik
Ada banyak hal yang menyebabkan nyeri pinggang, diantaranya adalah aktivitas fisik yang berlebihan, seperti ; mengangkat benda/beban berat, membungkuk, posisi tubuh yang tidak tepat saat beraktivitas, seperti; naik tangga, duduk dan berdiri dari tempat duduk (seperti masuk dan keluar dari mobil, bak mandi, tempat tidur), memutarkan badan terlalu keras, membungkukkan badan ke depan, berlari, dan berjalan dengan kecepatan yang berlebihan.
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya; pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis.
Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi menggangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.
c)      Olahraga
Olahraga yang berlebihan dapat menyebabkan otot atau tulang salah tempat. Porsi latihan yang berlebih juga tidak bagus bagi tubuh. Tiap-tiap orang memiliki batas gerak tubuh yang berbeda. Gerak otot dan tulang yang terlalu di forsir dapat menyebabkan cedera otot dan persendian.
d)     Vibrasi
Vibrasi dengan frekuensi rendah memberi efek fisiologis pada tubuh manusia, khususnya terhadap orang-orang di dalamnya. Selain dari kuitantitas frekuensi yang juga berpengaruh adalah intensitas, arah, serta durasi getaran. Secara biologis, tubuh manusia terdiri dari massa yang tidak homogen serta berupa sistem yang non-linier. Dalam hal ini, frekuensi getaran bebas sebesar 4 sampai 5 Hz-lah yang paling banyak pengaruhnya.
Khusus getaran 4 sampai 5 Hz, yang paling dipengaruhi adalah dinding perut dan dada, serta diafragma atau sekat antara rongga dada dan perut. Akibat getaran yang terus-menerus dan tak tertahankan, seorang bisa menderita nyeri kronis atau gangguan degeneratif pada tulang, otot, dan jaringan ikat di bagian punggung.

4.      Pemeriksaan Fisik
a)      Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga cara duduk yang disukainya.  Bila pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan neurologis).  Amati juga apakah perilaku penderita konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik).
b)      Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) berikut deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
c)      Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur).
d)     Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling sign).
e)      Perkusi  : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok.

5.      Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a)    Aktivitas dan istirahat
·      Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
·      Tanda  :  Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan
b)   Eliminasi
·      Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/retensi urine
c)    Integritas Ego
·      Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
·      Tanda  :  Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d)   Neurosensori
·      Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
·      Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e)    Nyeri/kenyamanan
·      Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal).  Terdengar   adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
·      Tanda  :  Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f)    Keamanan
·      Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi       .

3.2         Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (trauma jaringan, inflamasi, kompresi syaraf).
2.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi, kontraktur.
3.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyaman.

3.3         Intervensi Keperawatan
No
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (trauma jaringan, inflamasi, kompresi syaraf).

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil:
·  Klien dapat mengungkapakan  nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
·  Klien tidak menyeringai kesakitan
·  Klien dapat melaporkan kebutuhan istirahat tidur tercukupi
·  TTV dalam batasan normal
·  Intensitas nyeri berkurang (skala nyeri berkurang 1-10)
·  Menunjukkan rileks, istirahat tidur, peningkatan aktivitas dengan cepat


1.      Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, itensitas nyeri, dan skala


2.      Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai


3.      Pantau tanda-tanda vital




4.      Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien  serta keluarganya


5.      Anjurkan istirahat selama fase akut
6.      Anjurkan teknik distruksi dan relaksasi




7.      Berikan situasi lingkungan yang kondusif


8.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian medikasi sesuai indikasi
1.     Untuk membantu dalam pengkajian pasien dan untuk menentukan intervensi yang dapat dilakukan
2.     Intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot dengan menurunkan tegangan otot
3.     Respon autonomik meliputi, perubahan pada TD, nadi, RR, yang berhubungan dengan penghilangan nyeri
4.     Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
5.     Mengurangi nyeri yang diperberat oleh gerakan
6.     Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping
7.     Memberikan dukungan (fisik, emosional, meningkatkan rasa kontrol, dan kemampuan koping)
8.     Menghilangkan atau mengurangi keluhan nyeri klien
2.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi, kontraktur.

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam klien dapat mobilisasi dengan adekuat.

Kriteria Hasil:
·  Klien dapat mendemonstrasikan tekhnik atau perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas.
·  Klien dapat melakukan mobilitas secara bertahap.
·  Penampilan seimbang.
·  Klien mampu berpindah tempat tanpa bantuan.
1.      Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada



2.      Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit


3.      Bantu dengan rentang gerak aktif atau pasif
4.      Observasi atau kaji terus kemampuan gerak motorik dan keseimbangan pasien

5.      Rubah posisi dengan sering dengan personal cukup
6.      Berikan lingkungan yang nyaman misal alat bantu
7.      Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan memberi motivasi


8.      Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dan nyaman dengan memberikan penyangga pada lekukan lekukan sendi serta pastikan posisi punggung lurus
1.     Dasar untuk memberikan alternatif dan latihan gerak yang sesuai dengan kemampuannya
2.     Tingkat aktifitas tergantung dari perkembangan atau resolusi dari proses inflamasi
3.     mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot
4.     untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien dan dapat menentukan intervensi yang tepat bagi pasien
5.     Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
6.     Untuk menghindari cedera

7.     Dengan adanya motivasi dari keluarga, pasien akan merasa lebih dekat dan nyaman dengan keluarga terdekatnya
8.     Posisi yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien.







BAB 4
PENUTUP

4.1     Kesimpulan
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalah pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).
Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas.

4.2         Saran
4.2.1    Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan low back pain sehingga dapat meningkatkan kesehatan pekerja yang ada di masyarakat.
4.2.2        Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan low back pain dan dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang asuhan keperawatan pasien dengan masalah ergonomi.
4.2.3        Bagi Masyarakat
Diharapkan lebih mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan low back pain untuk meningkatkan mutu kesehatan pekerja yang ada di masyarakat.








DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC

Noname. 2010. Askep Asuhan Keperawatan LBP Low Back Pain. http://www. kapukonline.com/2010/02/askeplowbackpainlbp.html. diakses tanggal 04 Desember 2012 jam 13.10 WIB

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

1 komentar:

  1. Kez0223 mengatakan...:

    As part of a school thesis for research I’ve got to search sites with relevant information on given topic and provide them to teacher our opinion and the article. Your post helped me a lot. This is my first time see here. From the tons of comments on your articles, I guess I’m not just one having all the enjoyment right here! I just couldn’t leave your website before telling you that I truly enjoyed the best high quality articles you present for your visitors? Will be returning again frequently to check up on brand new posts.

    Obat Maag
    Obat Tipes
    Obat Maag

Posting Komentar