RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
TUBERKULOSIS (TB) PARU
A.
DEFINISI
Tuberkulosis (TB)
adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis
dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal,
tulang, dan nodus limfe.
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Kapita Selecta
Kedokteran, 2001)
B.
ANATOMI dan
FISIOLOGI
Saluran pernapasan terbagi atas 2 yaitu saluran pernapasan bagian atas dan
saluran pernapasan bagian bawah.
Saluran pernapasan bagian atas adalah :
1)
Hidung : merupakan saluran yang pertama, mempunyai dua lubang (cavum nasi)
dipisahkan oleh sekat (septum nasi). Rongga hidung dilapisi oleh selaput lendir
yang kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan faring dan selaput lendir.
2)
Tekak ( Faring )
: merupakan
pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
osofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Merupakan tempat persimpangan
antara jalan pernapasan dengan jalan makanan.
3)
Laring : merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara
terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
ke dalam trakea di bawahnya.
Saluran pernapasan bagian bawah :
1)
Trakea : merupakan
lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang terbentuk seperti kuku kuda.
2)
Bronkus : terbentuk
dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari bronkus kiri.
3)
Alveoli : pada
hakekatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler
sehingga batas antara cairan dan gas membentuk tegangan permukaan yang
cenderung mencegah pengembangan saat inspirasi dan cenderung kolaps saat
ekspirasi. Gelembung-gelembung alveoli terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Banyaknya gelembung paru-paru ini lebih dari 700 juta buah kiri dan kanan.
4)
Paru-paru : merupakan
alat pernapasan utama yang terdiri dari dua bagian yaitu paru-paru kanan
terdiri atas tiga lobus dan paru-paru kiri yang terdiri dari dua lobus.
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup
udara dari luar yangmengandung (oksigen) kedalam tubuh serta menghembuskan
udara yangbanyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi
keluardari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskandisebut ekspirasi.
Paru-paru adalah salah satu organ pada sistem pernapasan
yang berfungsi sebagai tempat bertukarnya oksigen dari udara yang
menggantikankarbondioksida di dalam darah. Proses ini dinamakan sebagai
respirasi dengan menggunakan bantuan haemoglobin sebagai pengikat oksigen.
Setelah O2didalam darah diikat oleh haemoglobin,selanjutnya dialirkan ke
seluruh tubuh. Dalam tubuh manusia O2 digunakan sel-sel tubuh dalam
prosespelepasan energi. Proses tersebut selain menghasilkan energi
juga menghasilkan CO2 yang harus dikeluarkan dari tubuh. Sistem pernafasan berfungsi
untuk menyediakan suplai O2 dan mengeluarkanCO2 dari dalam tubuh. proses
pertukaran O2 dan CO2 terjadi pada saat manusia bernafas.
C.
PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi karena kuman (Mycobacterium tuberculosis) dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi
droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara
bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet dan
ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman
dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini
terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini
akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat
pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru-
paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.
Setelah itu infeksi akan menyebar
melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase, yaitu akan
dibentuk lebih banyak untuk merangsang makrofag, berkurang tidaknya jumlah kuman
tergantung pada jumlah makrofag. Karena fungsinya adalah membunuh kuman atau basil,
apabila proses ini berhasil dan makrofag lebih banyak maka klien akan sembuh
dan daya tahan tubuhnya akan meningkat.
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya
menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam jaringan paru-paru dengan
membentuk tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama
kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul
perkejuan ditempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat
penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk
darah (hemaptoe).
D.
MANIFESTASI
KLINIS
Tuberkulosis sering
dijuluki “the great imitator” yaitu suatu
penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala
yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimptomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2
golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
1.
Gejala respiratorik
a) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan. Biasanya batuk lebih dari 3-4 minggu.
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan. Biasanya batuk lebih dari 3-4 minggu.
b) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c) Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2.
Gejala sistemik
a)
Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya. Sedangkan masa bebas serangan makin pendek.
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya. Sedangkan masa bebas serangan makin pendek.
b)
Gejala sistemik lain
Keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu sampai bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak
napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
E.
PATHWAY
Mycobacterium tuberculosis
Inhalasi droplet
Masuk ke jalan
napas
Bakteri mencapai Perjalanan penyakit TB
Alveolus
Muncul
respon tubuh
berupa
gejala-gejala fisik yang
mengganggu
aktivitas
Zat
endogen pyrogen Respon
terhadap rangsangan
antigen-antibody
Stressor
Keluarga
Prostaglandin
Muncul reaksi peradangan
Khawatir kondisi anggota
Merangsang
Hipothalamus yang
sakit
Pengeluaran sekret/mukus
|
|||
Demam
Akumulasi sekret
di jalan napas Fibrosis
disebar oleh limfe
Peningkatan
suhu tubuh
|
|
|
Respon batuk
Peningkatan metabolime tubuh
Sesak Napas
Penurunan nafsu makan
|
Cadangan
makanan Penurunan
berat badan
Kebutuhan nutrisi
Sel Transportasi
O2 terganggu
Penyakit
Bronchitis
|
Peningkatan sumber stress
|
|||
Ketidaklengkapan informasi
|
F.
ANALISA
DATA
a.
Doenges
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
1.
|
S : klien mengatakan sesak dan batuk lebih dari
3 minggu.
O : klien tampak batuk, bunyi napas ronkhi,
stridor
|
Reaksi peradangan (inflamasi)
Pengeluaran sekret
Akumulasi sekret dijalan napas
Bersihan jalan napas tidak efektif
|
Bersihan
jalan napas tak efektif
|
Bersihan
jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekret kental/darah.
|
2.
|
S : klien mengatakan napasnya sesak.
O : takipnea dengan memakai pernapasan perut (RR
= 30 x/menit), tampak ada bantuan otot pernapasan sternokleidomastoideus,
perubahan GDA (nadi oksimetri, misalnya hipoksemia, hiperkapnia)
|
Reaksi peradangan (inflamasi)
Fibrosis disebar oleh limfe
Jaringan ikat di alveolus (terbentuk perkejuan di alveolus)
Menghalangi proses difusi oksigenasi
Sesak Napas
Gangguan pertukaran gas
|
Gangguan
Pertukaran Gas
|
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
|
b.
Nic
Noc
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
1.
|
S : dispnea
O : bunyi napas tambahan (ronki), perubahan pada
irama dan frekuensi pernapasan, sputum.
|
Reaksi peradangan (inflamasi)
Pengeluaran sekret
Akumulasi sekret dijalan napas
Bersihan jalan napas tak efektif
|
Bersihan
jalan napas tak efektif
|
Ketidakefektifan
pembersihan jalan napas berhubungan dengan pengumpulan sekresi pada jalan
napas.
|
2.
|
S : dispnea
O : ketidaknormal- an frekuensi, irama, dan
kedalaman pernapasan, gas darah arteri yang tidak normal, cuping hidung
mengembang, gelisah, takikardia
|
Reaksi peradangan (inflamasi)
Fibrosis disebar oleh limfe
Jaringan ikat di alveolus (terbentuk perkejuan di alveolus)
Menghalangi proses difusi oksigenasi
Sesak Napas
Gangguan pertukaran gas
|
Gangguan
Pertukaran Gas
|
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar.
|
G.
INTERVENSI
a.
Doenges
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Bersihan
jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekret kental/darah.
|
Setelah diberikan tindakan
keperawatan kebersihan jalan napas efektif, dengan criteria hasil:
· Mempertahankan jalan napas pasien.
· Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
· Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan
napas.
· Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
· Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan
tindakan tepat.
|
-
Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan,
irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
-
Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau
batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
-
Berikan pasien posisi semi fowler atau fowler,
Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam.
-
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction
bila perlu.
-
Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
-
Kolaborasi dalam pemberian obat: agen mukolitik,
bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.
|
-
Penurunan bunyi napas menunjukkan indikasi atelektasis, ronki indikasi
akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot
aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat.
-
Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum
berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut .
-
Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal
membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah
dikeluarkan.
-
Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan
bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
-
Mencegah pengeringan membran mukosa.
-
Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran
lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas.
|
2.
|
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
|
Setelah diberikan tindakan
keperawatan pertukaran gas efektif, dengan kriteria hasil:
· Melaporkan tidak terjadi dispnea.
· Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
· Bebas dari gejala distress pernapasan.
|
-
Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal.
Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.
-
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat
tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna
kuku.
-
Anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir
disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
-
Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas
sesuai kebutuhan.
-
Monitor GDA.
-
Kolaborasi: Berikan oksigen sesuai indikasi
|
-
Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya
jangkauan dalam paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas
menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan
gejala-gejala respirasi distress.
-
Akumulasi sekret dapat menggangpu oksigenasi di
organ vital dan jaringan.
-
-
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk
mencegah kolapsnya jalan napas.
-
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode
respirasi.
-
Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau
meningkatnya PaC02 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau
perubahan terapi.
- f. Membantu
mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan
permukaan alveolar paru.
|
b.
Nic
Noc
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
1.
|
Ketidakefektifan
pembersihan jalan napas berhubungan dengan pengumpulan sekresi pada jalan
napas.
|
- Menunjukkan
pembersihan jalan napas yang efektif.
- Irama
dan frekuensi pernapasan dalam rentang yang normal.
- Pasien
mempunyai jalan napas yang paten.
- Pasien
mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan dirumah.
|
- Auskultasi
bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atai tidak
adanya ventilasi dan adanya bunyi napas tambahan.
- Catat
tipe dan jumlah sekresi yang dikumpulkan.
- Instruksikan
kepada pasien dan keluarga dalam rencana perawatan dirumah.
- Anjurkan
aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan sekresi.
- Kolaborasi
dalam pemberian udara/oksigen yang telah di humidifikasi sesuai instruksi.
|
2.
|
Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler
|
- Gangguan
pertukaran gas akan terkurangi.
- Dispnea
pada saat istirahat dan aktivitas tidak ada.
- Gelisah,
sianosis, dan keletihan tidak ada.
- PaO2,
PaCO2, pH arteri dan saturasi O2 dalam batas normal.
|
- Pantau
status mental.
- Observasi
terhadap sianosis, terutama membran mukosa mulut.
- Konsultasikan
dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan GDA sesuai dengan adanya
perubahan kondisi pasien.
- Kolaborasi
dalam pemberian udara yang dilembabkan atau oksigen sesuai dengan keperluan.
- Ajarkan
kepada pasien dan keluarga tentang perencanaan perawatan dirumah.
|
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta
Mansjoer,
Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga. Media Aesculapius : Jakarta
Underwood, J.C.E.1999. Patologi
Umum dan Sistematik Volume 2. EGC : Jakarta
Wilkinson
M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Edisi 7. EGC : Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar