BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kolaborasi
merupakan
istilah umum yang
sering digunakan
untuk menggambarkan
suatu hubungan kerja
sama yang dilakukan pihak
tertentu.
Sekian banyak pengertian dikemukakan
dengan sudut pandang beragam, namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai
kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas,
kesetaraan,
tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun
demikian, kolaborasi
sulit didefinisikan untuk menggambarkan
apa yang sebenarnya yang menjadi
esensi dari kegiatan
ini. Seperti
yang dikemukakan
National
Joint Practice Commision (1977) yang
dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak
ada definisi
yang mampu
menjelaskan
sekian
ragam variasi
dan kompleknya
kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan.
Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi
meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif
kepada seluruh kolaborator.
Efektifitas hubungan kolaborasi
profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan
yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership
kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien
dalam mecapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup. Kolaborasi
merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing
pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat
pasien.
Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah
esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan
perawat dandokter. Tentunya ada konsekweksi di balik issue kesetaraan yang dimaksud.
Kesetaraan kemungkinan dapat terwujud jika individu yang terlibat merasa dihargai
serta terlibat secara fisik dan intelektual saat memberikan bantuan kepada
pasien.
Dasar
hubungan perawat, dokter, dan pasien merupakan mutual humanity dan pada hakekatnya hubungan yang saling
ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan tindakan
asuhan keperawatan. Untuk memulai memahami hubungan secara manusiawi pada
pasien, perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan harus memahami bahwa penyebab
bertambahnya kebutuhan manusiawi secara universal menimbulkan kebutuhan baru dan
membuat seseorang (pasien) yang rentan untuk menyalahgunakan.
Oleh sebab
itu sebagai perawat professional, harus dapat mengidentifikasi komponen-
konponen yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etik.
Faktor - faktor tersebut adalah faktor agama, sosial, pendidikan, ekonomi,
pekerjaan/ posisi pasien termasuk perawat, dokter dan hak-hak pasien, yang
dapat mengakibatkan pasien perlu mendapat bantuan perawat dan dokter dalam
ruang lingkup pelayanan kesehatan. Disamping harus menentukan bagaimana keadaan
tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan dengan integritas pasien
sebagai manusia yang holistik.
1.2
Rumusan
Masalah
Bagaimanakah
konsep network antar tenaga
kesehatan?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui konsep network antar
tenaga kesehatan.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui pengertian kolaborasi
2.
Untuk mengetahui Hubungan Kolaborasi Tim
Kerja di Rumah Sakit
3.
Untuk mengetahui Dasar-dasar Komperensi
Kolaborasi
4.
Untuk mengetahui Faktor-faktor sosial
yang Mempengaruhi Komunikasi
5.
Untuk mengetahui Hubungan antara
Perawat, Pasien, dan Dokter
6.
Untuk mengetahui Faktor Penghambat
Kolaborasi Perawat dengan Dokter
7.
Untuk mengetahui Penerapan hubungan
antara perawat dengan pasien, tenaga kesehatan lain dan masyarakat
1.4
Manfaat
1.4.1
Manfaat Teoritis
Menambah
pengetahuan dan wawasan yang luas tentang konsep network antar tenaga kesehatan.
1.4.2
Manfaat Praktis
1.
Tenaga Keperawatan
Dapat
menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang konsep network antar tenaga kesehatan sehingga
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal sesuai dengan kebutuhan
pasien.
2.
Mahasiswa
Dapat
menambah referensi dan pengetahuan konsep network
antar tenaga kesehatan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja
diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah
dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan
kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung
jawab pada pekerjaannya.
Kolaborasi adalah suatu proses dimana
praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan
pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional keperawatan, dengan
pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau
mekanisme yang ditentukan oleh pertukaran suatu negara dimana pelayanan
diberikan. Bagi perawat, hubungan kerjasama dengan dokter sangat penting
apabila ingn menunjukkan fungsinya secara independen.
Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk
membahas masalah-masalah tentang klien dan untuk meningkatkan pamahaman tentang
kontrbusi setiap anggota tim serta untuk mengidentifikasi cara-cara
meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi dapat optimal, semua
anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama. Perawat dan dokter
merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan
dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan pengetahuan
serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan
individu, keluarga dan masyarakat.
2.2
Hubungan
Kolaborasi Tim Kerja di Rumah Sakit
Rumah sakit memiliki suatu tim disiplin
ilmu yang meliputi tim perawat, tim dokter, tim administrasi, dan lain-lain.
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok professional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan
berfungsi baik, jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam
memberikan pelayanan kesehatan efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai
sesama anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam
tim interdisiplin. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain.
Gambar
2.1 Bagan hubungan kolaborasi tim kerja di rumah sakit
Perawat berperan sebagai penghubung
penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. Dokter memiliki peran
utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Pada situasi ini
dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka
sering berkonsultasi dengan anggota tim lain sebagai membuat relevan pemberian
pengobatan. Tim multi disiplin meliputi: tim operasi, tim infeksi nasokomial,
dan lain-lain. Elemen kunci kolaborasi dalam kerjasama tim multidisiplin dapat
digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi tim seperti :
a.
Memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik profesional.
b.
Produktivitas maksimal serta efektifitas
dan efesiensi sumber daya.
c.
Meningkatnya profesionalisme dan
kepuasan kerja.
d.
Meningkatnya kofensifitas antar
professional.
e.
Kejelasan peran dalam berinteraksi antar
professional.
f.
Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas,
menghargai dan memahami orang lain.
2.3
Dasar-dasar Komperensi Kolaborasi
a. Komunikasi
Komunikasi
sangat dibutuhkan dalam berkolaborasi, karena kolaborasi membutuhkan pemecahan
masalah yang lebih komplek, dibutuhkan komunikasi efektif yang dapat dimengerti
oleh semua anggota tim.
b. Respek
dan kepercayaan
Respek
dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupun non verbal serta dapat
dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.
c. Memberikan
dan menerima feed back
Feed back
dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri, kepercayaan
diri, emosi, lingkungan serta waktu, feed
back juga dapat bersifat negatif maupun positif.
d. Pengambilan
keputusan
Dalam
pengambilan keputusan dibutuhkan komunikasi untuk mewujudkan kolaborasi yang
efektif guna menyatukan data kesehatan pasien secara komperensip sehingga
menjadi sumber informasi bagi semua anggota tim.
e. Manajemen
konflik
Untuk
menurunkan komplik maka masing-masing anggota harus memahami peran dan fungsinya,
melakukan klarifikasi persepsi dan harapan, mengidentifikasi kompetensi,
mengidentifikasi tumpang tindih peran serta melakukan negosiasi peran dan
tanggung jawabnya.
2.4
Faktor-faktor sosial yang Mempengaruhi
Komunikasi
Adapun faktor-faktor sosial yang
mempengaruhi komunikasi yaitu sebagai berikut:
a. Usia
b. Jenis
kelamin
c. Kelas
sosial
d. Etnik
e. Status
sosial
f. Kekuasaan
g. Peraturan
sosial
h. Peran
sosial
2.5
Hubungan antara Perawat, Pasien, dan
Dokter
Perawat, pasien, dan dokter adalah tiga
unsur manusia yang saling berhubungan selama mereka terkait dalam hubungan
timbal balik pelayanan kesehatan. Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin
seiring perkembangan kedua kedua profesi ini, tidak terlepas dari sejarah,
sifat ilmu atau pendidikan, latar belakang personal dan lain- lain.
Kedokteran dan keperawatan, walaupun
kedua disiplin ilmu ini sama- sama berfokus pada manusia, mempunyai beberapa
perbedaan. Kedokteran lebih bersifat paternalistik, yang mencerminkan figur
seorang bapak, pemimpin dan pembuat keputusan (judgment). Sedangkan keperawatan
lebih bersifat motehernalistik, yang mencerminkan figur seorang ibu dalam
memberikan asuhan keperawatan, kasih sayang, dan bantuan (helping
relationship).
Berbagai model hubungan antara perawat,
dokter dan pasien telah dikembangkan oleh Szasz dan Hollander. Mereka mengembangkan
tiga model hubungan dokter, perawat, dimana model ini terjadi pada semua
hubungan antar manusia, termasuk hubungan antar perawat dan dokter.
a.
Model aktivitas- pasivitas
Suatu model dimana perawat dan dokter
berperan aktif dan pasien berperan pasif. Model ini tepat untuk bayi, pasien
koma, pasien dibius, dan pasien dalam keadaan darurat. Dokter berada pada
posisi mengatur semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan identitas
pasien kurang diperhatikan. Model ini bersifat otoriter dan paternalistic.
b.
Model hubungan membantu
Merupakan dasar untuk sebagian
besar dari praktik keperawatan atau praktik kedokteran. Model ini terdiri dari
pasien yang mempunyai gejala mencari bantuan dan perawat atau dokter yang
mempunyai pengetahuan terkait dengan kebutuhan pasien. Perawat dan dokter
memberi bantuan dalam bentuk perlakuan/ perawatan atau pengobatan.
Timbal baliknya pasien diharapkan
bekerja sama dengan mentaati anjuran perawat atau dokter. Dalam model ini,
perawat dan dokter mengetahui apa yang terbaik bagi pasien, memegang apa yang
diminati pasien dan bebas dari prioritas yang lain. Model ini bersifat
paternalistik walau sedikit lebih rendah.
c.
Model partisipasi mutual
Model ini berdasarkan pada anggapan
bahwa hak yang sama atau kesejahteraan antara umat manusia merupakan nilai yang
tinggi, model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses demokrasi. Interaksi,
menurut model ini, menyebutkan kekuasaan yang sama, saling
membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan memberikan kepuasan kedua
pihak.
Model ini mempunyai ciri bahwa setiap
pasien mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri yang merupakan aspek
penting pada layanan kesehatan saat ini. Peran dokter dalama model ini
adalah membantu pasien menolong dirinya sendiri.
Dari perspektif keperawatan, model
partisipasi mutual ini penting untuk mengenal dari pasien dan kemampuan diri
pasien. Model ini menjelaskan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk tumbuh
dan berkembang. Keperawatan bersifat menghargai martabat individu yang unik,
berbeda satu sama lain dan membantu kemampuan dalam menentukan dan mengatur
diri sendiri.
2.6
Faktor Penghambat Kolaborasi Perawat
dengan Dokter
Hubungan perawat dan dokter adalah suatu
bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan
bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda dalam memandang pasien, dalam
praktiknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan tehnik dalam melakukan
proses kolaborasi. Kendala psikologi keilmuan dan individual, faktor sosial,
serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya
kolaborasi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat
kepentingan pasien.
Hambatan kolaborasi perawat dengan
dokter sering dijumpai pada tingkat professional dan institusional. Perbedaan
status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi
pendirian professional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari
tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibandingkan
perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih mendukung dominasi dokter.
Inti sesungguhnya dari komplik perawat dengan dokter terletak pada perbedaan
sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara
keduanya. Dari hasil observasi peneliti di rumah sakit nampaknya perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi
khususnya dengan dokter.
Perawat bekerja memberikan pelayanan
kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang juga didokumentasikan secara
baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses keperawatan
tidak ada. Disamping itu hasil wawancara peneliti dengan beberapa perawat rumah
sakit pemerintah dan swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi
dalam melaksanakan kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu
menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai
asistennya, serta kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung. Isu-isu tersebut
jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat
menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan
jasa pelayanan kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan dari keperawatan
sebagai profesi.
Berkaitan dengan isu kolaborasi dan soal
menjalin kerjasama kemitraan dokter, perawat perlu mengantisipasi konsekuensi
perubahan dari vakosional menjadi profesional. Status yuridis seiring perubahan
perawat dari perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter yang sangat
komplek. Tanggung jawab hukum juga akan terpisah untuk masing-masing kesalahan
atau kelalaian, yaitu malpraktik medis dan malpraktik keperawatan. Perlu ada
kejelasan dari pemerintah maupun para pihak yang terkait mengenai tanggung
jawab hukum dari perawat, dokter maupun rumah sakit.
Organisasi profesi juga harus berbenah
dan memperluas struktur organisasi agar dapat mengantisipasi perubahan.
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut
perlu ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan
pasien secara komperensip sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota
tim dalam pengambilan keputusan.
2.7 Penerapan hubungan antara perawat dengan pasien,
tenaga kesehatan lain dan masyarakat
1.
Penerapan hubungan antara perawat dengan
pasien
Bentuk-bentuk
penerapan, dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat dapat berperan
Sebagai konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang
penyakitnya.Perawat juga dapat berperan sebagai pengganti orang tua (terutama
pada pasien anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien dalam ungkapan
perasaan-perasaannya.
2.
Penerapan hubungan antara perawat dengan
perawat
Perawat
dan perawat memiliki etika khusus mengatur tanggung jawab moral perawat yang
disusun oleh organisasi perawat itu sendiri. Berdasarkan suatu sumber
yang ada dilingkungan baik lingkungan kesehatan, lingkungan
konsumen dan lingkungan komunitas keperawatan. Contoh penerapannya yaitu
sebagai beikut:
a)
Tritmen pada pasien yang menghadapi ajal
, yaitu:
- Pemberian
O2 diteruskan atau di hentikan
- Program
pengobatan diteruskan atau tidak
- Support terapi
( RJP ) sampai kapan
b)
Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan
dan hidup pasien dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri, pembatasan perilaku,
dan infomrmed consent. Infomrmed consent
dapat diberikan pada:
- Pasien
terimina
- Status
vegetatif
- Pasien
HIV/AIDS
- Pasien
mendapat terapi diet
- Pasien
menghadapi tindakan medik
- Operasi
- Pemakaian
obat yang harganya mahal dll.
c)
Bioetika dalam tindakan aborsi,
pembatasan kelahiran, sterilisasi, bayi tabung, tranplantasi organ dll.
d) Pengungkapan
kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran, yaitu:
- Permintaan
informasi data pasien
- Catatan
medik
- Pembicaraan
kasus pasien.
3.
Penerapan hubungan antara perawat dan
profesi lain
Penerapan
hubungan antara perawat dan profesi lain dalam bidang kesehatan adalah saling
berketergantungan satu sama lain misalnya seorang dokter pasti membutuhkan, perawat,
apoteker dan lain-lain, yang saling berkaitan satu sama lain.
4.
Penerapan hubungan anatra perawat dengan
masyarakat
Perawat
mengemban tugas tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
medukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat, dan
tetap menghargai privasi yang ada dalam
masyarakat. Privasi yang ada dalam masyarakat yaitu berupa privasi
pasien, menghargai harkat martabat pasien, sopan santun dalam pergaulan, saling
menghormati, saling membantu, dan peduli terhadap lingkungan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat,
dokter dan timkesehatan harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya.Tidak ada
kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi
memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketikadigabungkan dapat
menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Banyaknya faktor yang
berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling menerima, berbagi tanggung
jawab, komunikasi efektif sangat menentukan bagaimanasuatu tim berfungsi.
Kolaborasi yang efektif antara anggota tim kesehatanmemfasilitasi
terselenggaranya pelayanan pasien yang berkualitas.
Pada
dasaranya hubungan antara perawat dan pasien berdasarkan pada sifat alamiah
perawat dan pasien. Dalam interaksi perawat dan pasien, peran yang dimiliki
masing–masing membentuk suatu kesepakatan atau persetujuan dimana pasien
pempunyai peran dan hak sebagai pasien dan perawat dapat melaksanakan asuhan
keparawatan mempunyai peran dan hak sebagai perawat.
Dalam konteks
hubungan perawat dan pasien, maka setiap hubungan harus didahului dengan
kontrak dan kesepakatan bersama, dimana pasien mempunyai peran sebagai pasien
dan perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan. Kesepakatan ini menjadi
parameter bagi perawat dalam menentukan setiap tindakan etis.
3.2 Saran
1.
Tenaga Keperawatan
Diharapkan
agar tenaga keperawatan lebih memamahi dan dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih
luas tentang konsep network antar
tenaga kesehana sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal
sesuai dengan kebutuhan pasien.
2.
Mahasiswa
Diharapkan
agar mahasiswa dapat menambah referensi dan pengetahuan konsep network antar tenaga kesehatan. Sehingga
mahasiswa dapat memahami tentang konsep network
antar tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Gaffar, Jumadi. 1997. Pengantar
Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Robert, Priharjo. 1995. Pengantar
Etika Keperawatan. Yogyakarta: Kanisius.
Gumala, Nining. 2012. Kode Etik Keperawatan. http://ngumala.
blogspot.com/2012/02/kode-etik-keperawatan.html.
Diakses pada kamis 31 Mei 2012, Pukul 11.30 WIB
KISAH CERITA AYAH SAYA SEMBUH BERKAT BANTUAN ABAH HJ MALIK IBRAHIM
Assalamualaikum saya atas nama Rani anak dari bapak Bambang saya ingin berbagi cerita masalah penyakit yang di derita ayah saya, ayah saya sudah 5 tahun menderita penyakit aneh yang tidak masuk akal, bahkan ayah saya tidak aktif kerja selama 5 tahun gara gara penyakit yang di deritanya, singkat cerita suatu hari waktu itu saya bermain di rmh temen saya dan kebetulan saya ada waktu itu di saat proses pengobatan ibu temen saya lewat HP , percaya nda percaya subahana lah di hari itu juga mama temen saya langsung berjalan yang dulu'nya cuma duduk di kursi rodah selama 3 tahun,singkat cerita semua orang yang waktu itu menyaksikan pengobatan bapak kyai hj Malik lewat ponsel, betul betul kaget karena mama temen saya langsung berjalan setelah di sampaikan kepada hj Malik untuk berjalan,subahanallah, dan saya juga memberanikan diri meminta no hp bapak kyai hj malik, dan sesampainya saya di rmh saya juga memberanikan diri untuk menghubungi kyai hj Malik dan menyampaikan penyakit yang di derita ayah saya, dan setelah saya melakukan apa yang di perintahkan sama BPK kyai hj Malik, 1 jam kemudian Alhamdulillah bapak saya juga langsung sembuh dari penyakitnya lewat doa bapak kyai hj Malik kepada Allah subahanallah wataala ,Alhamdulillah berkat bantuan bpk ustad kyai hj Malik sekarang ayah saya sudah sembuh dari penyakit yang di deritanya selama 5 tahun, bagi saudara/i yang mau di bantu penyembuhan masalah penyakit gaib non gaib anda bisa konsultasi langsung kepada bapak kyai hj Malik no hp WA beliau 0823-5240-6469 semoga lewat bantuan beliau anda bisa terbebas dari penyakit anda. Terima kasih