“ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS”
Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Asmat Burhan (10620345)
2. Diyah Prianti (10620351)
3. Ita Kusworini (10620359)
4. Moises D. (10620363)
5. Nilwan Arfiansyah (10620366)
6. Pungky Apri Utama (10620371)
7. Rizky D.C Rahayu (10620373)
8. Wahyu Antoro (10620378)
9. Al Badrul Maniru (10620384)
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
KADIRI
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Gastritis adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan sekelompok kondisi dengan satu hal yaitu radang selaput
perut . Peradangan ini (gastritis) sering kali adalah hasil dari infeksi
bakteri Helicobacter pylori yang
menyebabkan radang perut yang paling sering ditemukan.
Gastritis
adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara
histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai
di klinik / ruangan penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis
meningkat sejak 5 – 6 tahun ini dan menyerang laki-laki lebih banyak dari pada
wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan
mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa
mendekati angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi.
Di Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test. Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectional bertambahnya prevelansi
penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini adalah gram
negatife, basil yang berbentuk kurva dan batang.
Namun, banyak faktor lain seperti
cedera, traumatis, penggunaan obat penghilang rasa sakit tertentu atau minum
alkohol terlalu banyak, juga dapat berkontribusi untuk terjadinya gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak
(gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan dari waktu ke waktu
(gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul
(ulkus) pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan
orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh
dengan pengobatan.
Saat ini dalam
proses keperawatan gastritis banyak dijumpai dan menyerang 80 – 90% laki-laki.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak
(gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan dari waktu ke waktu
(gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul
(ulkus) pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan
orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh
dengan pengobatan.
1.2
Rumusan
Masalah
Bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui
asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui
definisi gastritis
2. Mengetahui
klasifikasi gastritis
3. Mengetahui
etiologi gastritis
4. Mengetahui
patofisiologi gastritis
5. Mengetahui
manifestasi klinis gastritis
6. Mengetahui
pemeriksaan penunjang gastritis
7. Mengetahui
penatalaksanaan gastritis
8. Mengetahui
komplikasi gastritis
9. Mengetahui
asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
1.4
Manfaat
1.4.1
Teoritis
Dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Gastritis.
1.4.2
Praktis
1. Tenaga
keperawatan
Dapat
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada pasien dengan Gastritis.
2. Mahasiswa
Dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan gastritis sehingga menunjang
pembelajaran mata kuliah pencernaan.
3. Institusi
Sebagai
referensi tambahan dalam proses penbelajaran mata kuliah pencernaan. Akademik
mendapatkan tambahan referensi untuk melengkapi bahan pembelajaran.
4. Masyarakat
Memberikan
informasi tentang penyakit gastritis, penyebab, tanda dan gejal, serta cara
perawatan dan pengobatannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Gastritis atau lebih
dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang
berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran,
Edisi Ketiga , 1999). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung. Gastritis
merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus atau local (Sylvia A Price, 2006).
Berdasarkan
berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara
hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk
dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada
lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter pylori.
Peradangan ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung
sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
2.2
Klasifikasi
Gastritis
menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu: (David Ovedorf, 2002)
1.
Gastritis akut
Disebabkan
oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
a)
Gastritis eksogen akut, biasanya
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimia. Misalnya lisol,
alkohol, merokok, kafein lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat
analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah
dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
b)
Gastritis endogen akut, adalah gastritis
yang disebabkan oleh kelainan badan.
2.
Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama, dapat
disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter
pylory. Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan
tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri.
Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia
pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih
lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobacter
pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
2.3
Etiologi
Penyebab
dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
a)
Gastritis Akut
Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik,
anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan
erosi mukosa lambung), makanan, bahan kimia misalnya lisol, alkohol, merokok,
kafein lada, steroid dan digitalis.
b)
Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui,
biasanya disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung Helicobacter pylori. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang
tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
2.4
Patofisiologi
1. Gastritis
Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs
atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan
gastritis. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuproven dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya
sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian aspirin
juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga
kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan
makanan yang mengandung nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka),
kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu
terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak dengan
dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat
mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun
fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis,
dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung
mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik
H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan
edema lalu rusak
2. Gastritis
Kronik
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan
tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun)
diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi
sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan
terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis
H. pylory) Ini dihubungkan dengan
bakteri H. pylory, faktor diet
seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok
atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang
tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada
lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan
lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut.
Dengan demikian baik asam lambung maupun
bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon
infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir
leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian
semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak
bisa menembus lapisan lambung.
Akan tetapi juga tidak bisa dibuang
sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati
dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung.
Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga
merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel
lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa
menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan
tukak lambung akan terbentuk.
2.5
Manifestasi
Klinis
a.
Gastritis Akut
1.
Anoreksia
2.
Mual
3.
Muntah
4.
Nyeri epigastrum
5.
Perdarahan saluran cerna pada
Hematemasis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.
b.
Gastritis Kronik
Pada
tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai keluhan. Namun pada
gastritis tipe B, pasien biasanya mengeluh :
1.
Nyeri ulu hati
2.
Anorexia
3.
Nausea
4.
Anemia
2.6
Pemeriksaan
Penunjang
Adapun
pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo, 1996, seperti di bawah
ini :
a. Nilai
haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat perdarahan.
b. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik
yang berat.
c. Pemeriksaan
rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa lambung.
d. Endoskopi
dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan mukosa lambung.
e. Pemeriksaan
asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam lambung
f. Pemeriksaan
darah untuk
memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang
positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu
dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi
akibat perdarahan lambung karena gastritis.
g. Pemeriksaan
feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
h. Analisa
lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik
dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk
dianalisis. Analisis basal mengukur BAO(
basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu
tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
2.7
Penatalaksanaan
Pengobatan
gastritis meliputi :
1. Mengatasi
kedaruratan medis yang terjadi.
2. Mengatasi
atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3. Pemberian
obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain (Soeparman,1999)
Pada
gastritis, penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan (medis dan non medis),
yaitu sebagai berikut
a. Gastritis
Akut
1. Intruksikan
pasien untuk menghindari alkohol.
2. Bila
pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.
3. Bila
gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.
4. Bila
perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
gastrofestinal.
5. Untuk
menetralisir asam gunakan antasida umum.
6. Untuk
menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
7. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
8. Jika
gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer
atau cuka yang di encerkan.
9. Reaksi
lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.
b. Gastritis
Kronik
1. Dapat
diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit
tapi lebih sering.
2. Mengurangi
stress
3. H.pylori
diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram bismuth
(pepto-bismol).
2.8
Komplikasi
a. Perdarahan
saluran cerna bagian atas berupa hematimesis dan melena yang dapat berakhir
sebagai syok hemoragie.
b. Ulkus
peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12 (Mansjoer,
Arief 1999)
2.9
WOC
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS
3.1
Pengkajian
3.1.1
Anamnese meliputi :
1. Nama :
Tn. X
2. Usia :
lebih banyak pada anak-anak
3. Jenis kelamin : lebih banyak
laki-laki
4. Jenis pekerjaan : tidak
dipengaruhi jenis pekerjaan
5. Alamat : -
6. Suku/bangsa : indonesia
7. Agama :
islam
8. Tingkat
pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan
pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan
hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan
yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
9.
Riwayat sakit dan kesehatan
a)
Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan
bawah.
b) Riwayat penyakit saat ini : Meliputi
perjalan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul
dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi
masalah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
3.1.2
Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)
Keadaan
umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di
kwadran epigastrik.
1.
B1(breath) : takhipnea
2.
B2 (blood) : takikardi,
hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3.
B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan,
tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4.
B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5.
B5 (bowel) : anemia, anorexia,
mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
6.
B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
3.1.3 Fokus
Pengkajian
1. Aktivitas
/ Istirahat
Gejala : kelemahan,
kelelahan
Tanda : takikardia,
takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : - hipotensi (termasuk postural)
- takikardia,
disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- nadi
perifer lemah
- pengisian
kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
- warna
kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan
kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut,
respons psikologik)
3. Integritas
ego
Gejala : faktor
stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda
ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar,
suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat
perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroenteritis (GE) atau
masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya
luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster.
Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : - nyeri tekan abdomen, distensi
- bunyi
usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
- karakteristik
feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa,
bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan
antasida).
- haluaran
urine : menurun, pekat.
5. Makanan
/ Cairan
Gejala
: -
anoreksia, mual, muntah (muntah yang
memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
- masalah
menelan : cegukan
- nyeri
ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda
: muntah
dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah, membran
mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan
kronis).
6. Neurosensi
Gejala
: rasa
berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat
kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung,
sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri
/ Kenyamanan
Gejala
: - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal,
rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
- nyeri
epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam
setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster).
- nyeri
epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam
setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida
(ulkus duodenal).
- tak
ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
- faktor
pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat,
reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah
berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit.
8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema
palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
9. Penyuluhan
/ Pembelajaran
Gejala : adanya
penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid.
NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal
: anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus,
atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis,
alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
3.1.4
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan
darah
Tes
ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri
pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia
yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b. Uji
napas urea
Suatu
metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H.
Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2).
CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi
dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan
feces
Tes
ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan
juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi
saluran cerna bagian atas
Dengan
tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk
ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien
merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang
terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah
rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen
saluran cerna bagian atas
Tes
ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen.
Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di
rontgen.
g. Analisis
Lambung
Tes
ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke
dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis.
Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor
pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
h. Analisis
stimulasi
Dapat
dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output)
setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau
pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1.
Kekurangan volume
cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang
berlebih (mual dan muntah).
2.
Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa
lambung sekunder karena stress psikologi.
3.
Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
4. Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian, nyeri.
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3.3 Intervensi keperawatan
No
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Kekurangan
volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam intake cairan adekuat.
Kriteria
Hasil:
· Mukosa bibir
lembab
· Turgor kulit
baik
· Pengisian
kapiler baik
· Input dan
output seimbang
·
|
1. Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien untuk minum (dewasa :
40-60 cc/kg/jam).
2. Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.
3. Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan
membran mukosa.
4. Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine
|
1.
Intake cairan yang adekuat
akan mengurangi resiko dehidrasi pasien.
2.
Mengganti kehilangan
cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera.
3.
Menunjukkan status
dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan.
4.
Cimetidine dan ranitidine
berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung
|
2.
|
Nyeri berhubungan dengan iritasi
mukosa lambung sekunder karena stress psikologi
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri dapat berkurang,
pasien dapat tenang dan keadaan umum cukup baik
Kriteria
Hasil:
· Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
· Klien tidak menyeringai kesakitan
· TTV dalam batasan normal
· Intensitas nyeri berkurang (skala nyeri berkurang 1-10)
· Menunjukkan rileks, istirahat tidur, peningkatan
aktivitas dengan cepat
|
1.
Selidiki keluhan
nyeri, perhatikan lokasi, itensitas nyeri, dan skala nyeri
2.
Anjurkan pasien
untuk melaporkan nyeri segera saat mulai
3.
Pantau tanda-tanda
vital
4.
Jelaskan sebab dan
akibat nyeri pada klien serta
keluarganya
5.
Anjurkan istirahat
selama fase akut
6.
Anjurkan teknik
distruksi dan relaksasi
7.
Berikan situasi
lingkungan yang kondusif
8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian tindakan
|
1.
Untuk mengetahui
letak nyeri dan memudahkan intervensi yang akan dilakukan
2.
Intervensi dini
pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot dengan menurunkan tegangan otot
3.
Respon autonomik
meliputi, perubahan pada TD, nadi, RR, yang berhubungan dengan penghilangan
nyeri
4.
Dengan sebab dan
akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi
nyeri
5.
Mengurangi nyeri
yang diperberat oleh gerakan
6.
Menurunkan
tegangan otot, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan rasa kontrol dan
kemampuan koping
7.
Memberikan
dukungan (fisik, emosional, meningkatkan rasa kontrol, dan kemampuan koping)
8.
Menghilangkan atau mengurangi
keluhan nyeri klien
|
3.
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi
Kriteria hasil:
·
Keadaan umum cukup
·
Turgor kulit baik
·
BB meningkat
·
Kesulitan menelan berkurang
|
1.
Anjurkan pasien untuk makan dengan porsi yang
sedikit tapi sering
2.
Berikan makanan yang lunak
3.
Lakukan oral hygiene
4.
Timbang
BB dengan teratur
5.
Observasi
tekstur, turgor kulit pasien
6.
Observasi
intake dan output nutrisi
|
1.
Menjaga nutrisi pasien tetap stabil dan mencegah
rasa mual muntah
2.
Untuk mempermudah pasien menelan
3.
Kebersihan mulut dapat merangsang nafsu makan pasien
4.
Mengetahui perkembangan status nutrisi pasien
5.
Mengetahui status nutrisi pasien
6.
Mengetahui keseimbangan nutrisi pasien
|
4.
|
Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian, nyeri.
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat menunjukkan kecemasan berkurang
atau hilang.
Kriteria
hasil:
· Mengungkapkan perasaan dan
pikirannya secara terbuka
· Melaporkan
berkurangnya cemas dan takut
· Mengungkapkan
mengerti tentang peoses penyakit
· Mengemukakan
menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap
perubahan fisiknya
|
1. Awasi respon fisiologi misalnya:
takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi kesemutan.
2. Dorong pernyataan takut dan
ansietas, berikan umpan balik.
3. Berikan informasi yang akurat.
4. Berikan lingkungan yang tenang
untuk istirahat.
5. Dorong orang terdekat untuk
tinggal dengan pasien.
6. Tunjukan teknik relaksasi.
|
1. Dapat menjadi indikator derajat
takut yang dialami pasien, tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik
atau status syok.
2. Membuat hubungan terapeutik
3. Melibatkan pasien dalam rencana
asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan.
4. Memindahkan pasien dari stresor
luar, meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan keterampilan koping.
5. Membantu menurunkan takut melalui
pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.
6. Belajar cara untuk rileks dapat
membantu menurunkan takutdan ansietas
|
5.
|
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan:
Klien
mendapatkan informasi yang tepat dan efektif.
Kriteria
hasil:
·
Klien dapat menyebutkan pengertian
·
Penyebab
·
Tanda dan gejala
·
Perawatan dan pengobatan.
|
1. Beri pendidikan kesehatan
(penyuluhan) tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk
bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.
2. Evaluasi tingkat pengetahuan klien
|
1. Memberikan pengetahuan dasar
dimana klien dapat membuat pilihan informasi tentang kontrol masalah
kesehatan.
2. Pengkajian / evaluasi secara
periodik meningkatkan pengenalan / pencegahan dini terhadap komplikasi
seperti ulkus peptik dan pendarahan pada lambung.
|
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Gastritis adalah suatu proses inflamasi
pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat
dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan
akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter
pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara
terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.
Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda –
tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.
4.2
Saran
4.2.1
Tenaga Keperawatan
Diharapkan
mampu memahami tentang penatalaksanaan
pada pasien dengan gastritis.
4.2.2
Mahasiswa
Diharapkan
mampu menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gastritis.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKU
Mansjoer. Arif.
2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed3 .Jilid 2. Jakarta : FKUI.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria NOC.
Jakarta : EGC
Nuzulul. 2011. Askep Gastritis. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_
detail-35839-Kep-Pencernaan-Askep-Gastritis.html.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2012 Jam 11.00 WIB
Noname. 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gastritis. http:// dezlicious.
blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan_30.html. Diakses pada
tanggal 2 Juni 2012 Jam 11.10 WIB